American Party SC – Kunjungan Presiden Donald Trump ke markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York baru-baru ini menimbulkan kontroversi. Peristiwa teknis yang tampak sederhana, yakni berhentinya eskalator secara mendadak, justru memicu klaim bahwa insiden itu merupakan bentuk sabotase. Trump menyebut insiden tersebut sebagai bagian dari “triple sabotage”, mengacu pada tiga masalah teknis yang dialaminya selama menghadiri sidang Majelis Umum PBB: eskalator yang berhenti, gangguan pada teleprompter, serta masalah pada sistem audio. Untuk membuktikan klaimnya, ia bahkan melibatkan Secret Service guna melakukan penyelidikan menyeluruh.
Secret Service dikenal sebagai badan keamanan yang bertanggung jawab melindungi Presiden Amerika Serikat, Wakil Presiden, serta pejabat tinggi lainnya. Dalam kasus ini, mereka dilibatkan untuk meneliti apakah eskalator yang berhenti mendadak benar-benar merupakan hasil sabotase atau hanya masalah teknis biasa.
Trump menegaskan bahwa semua rekaman kamera keamanan di sekitar lokasi harus diamankan. Secret Service pun disebut melakukan pemeriksaan awal, termasuk wawancara dengan staf PBB, teknisi gedung, hingga anggota delegasi yang berada di lokasi saat kejadian. Bagi Trump, melibatkan badan ini adalah langkah penting untuk memastikan keselamatan dirinya dan rombongan.
Berbeda dengan klaim Trump, pihak PBB memberikan penjelasan teknis yang dianggap masuk akal. Menurut staf teknis, eskalator berhenti karena sistem pengaman internalnya aktif. Mekanisme ini dirancang agar eskalator otomatis berhenti bila terdeteksi adanya aktivitas tidak wajar, misalnya seseorang naik dengan posisi mundur atau ada benda yang menghalangi langkah.
Catatan dari unit kontrol eskalator menunjukkan bahwa sistem keselamatan benar-benar yang menghentikan pergerakan mesin. Setelah dicek ulang, teknisi langsung mereset sistem, dan eskalator kembali normal. Dengan demikian, dari sisi teknis, tidak ada indikasi sabotase. Namun, penjelasan ini tidak menghentikan Trump untuk terus menyoroti peristiwa tersebut.
Baca Juga : Pengakuan Negara Palestina Dinilai Simbolis, Menlu AS Sebut Tidak Banyak Pengaruhi Gaza
Bagi Secret Service, insiden ini mungkin tampak kecil, namun mereka tetap wajib memastikan semua protokol keamanan berjalan baik. Eskalator yang mendadak berhenti bisa menimbulkan risiko cedera, terutama ketika digunakan oleh Presiden dan pejabat penting lainnya. Oleh karena itu, penyelidikan diarahkan pada dua hal utama: kemungkinan faktor teknis serta potensi campur tangan pihak luar.
Selain memeriksa eskalator, Secret Service juga mengevaluasi gangguan teleprompter dan masalah suara yang dialami Trump saat berpidato. Menurut PBB, teleprompter sebenarnya dikendalikan langsung oleh tim Gedung Putih, bukan oleh staf mereka. Sementara gangguan audio disebut lebih disebabkan oleh sistem penerjemah multibahasa yang digunakan di ruang sidang. Meski begitu, Trump tetap menyebut tiga masalah itu sebagai bentuk sabotase terkoordinasi.
Insiden eskalator di PBB memunculkan konsekuensi politik dan diplomatik yang cukup signifikan. Bagi Trump, tuduhan sabotase ini bisa memperkuat narasi bahwa ada pihak tertentu yang ingin melemahkan dirinya di forum internasional. Hal ini tentu berpotensi memengaruhi hubungan antara Amerika Serikat dan PBB, yang sebelumnya sudah diwarnai ketegangan soal anggaran dan kebijakan global.
Sementara itu, bagi masyarakat internasional, klaim ini menambah kontroversi baru dalam gaya kepemimpinan Trump. Para pengamat menilai bahwa Secret Service kini berada pada posisi sulit, sebab mereka harus menindaklanjuti penyelidikan meskipun bukti yang ada lebih condong ke arah gangguan teknis, bukan sabotase nyata.
Untuk lebih memahami dinamika kasus ini, berikut adalah poin-poin penting terkait dugaan sabotase yang tengah diselidiki:
Triple Sabotage
Trump menuding ada tiga peristiwa yang saling berkaitan: eskalator berhenti, teleprompter mati, dan audio terganggu.
Investigasi Secret Service
Badan keamanan presiden ditugaskan mengamankan rekaman CCTV, memeriksa teknisi, dan mengaudit protokol keselamatan.
Penjelasan Teknis PBB
Pihak PBB menegaskan eskalator berhenti karena mekanisme pengaman bawaan, bukan karena ulah manusia.
Reaksi Publik
Media internasional memandang klaim Trump berlebihan, sementara sebagian pendukungnya menganggap tuduhan itu masuk akal.
Implikasi Diplomatik
Tuduhan sabotase berpotensi memperkeruh hubungan AS dan PBB di tengah isu-isu global lain.
Simak Juga : Keracunan MBG Makin Parah? Bareskrim Polri Turun Gunung Asistensi Penanganan di Daerah!
Alih-alih menutup dengan kesimpulan, menarik untuk melihat bagaimana kasus ini berkembang. Jika Secret Service menemukan bukti kuat adanya sabotase, maka implikasinya bisa sangat serius, termasuk kemungkinan keterlibatan pihak asing atau oknum internal. Namun, jika hasil penyelidikan hanya mengonfirmasi penjelasan teknis PBB, maka klaim Trump bisa dianggap sebagai bentuk dramatisasi politik.
Bagaimanapun juga, peran Secret Service tetap vital. Mereka harus memastikan bahwa setiap detail keamanan, sekecil apapun, diperiksa dengan serius. Peristiwa ini juga menunjukkan bahwa di era politik modern, gangguan teknis sederhana bisa bertransformasi menjadi isu besar dengan dampak diplomatik yang luas.
Artikel tentang Secret Service ditulis ulang oleh : Abra Azhari | Editor : Micheal Halim
Sumber Informasi : MetrotvNews.com