American Party SC – Penggerebekan imigrasi yang dilakukan oleh petugas Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) di Los Angeles dalam beberapa minggu terakhir telah memberikan dampak serius terhadap pemilik usaha kecil, terutama mereka yang bergantung pada tenaga kerja imigran. Razia imigrasi ini menyebabkan pasar hasil bumi segar yang biasanya ramai di pusat kota Los Angeles tampak sepi. Juan Ibarra, pemilik sebuah kios buah dan sayur, menyebut suasana pasar seperti kota mati. Menurutnya, kondisi ini bahkan lebih buruk daripada masa pandemi COVID-19.
Ibarra mengatakan bahwa sejak dimulainya penggerebekan oleh ICE, aktivitas bisnisnya menurun drastis. Para pelanggan yang biasanya datang dari kalangan pedagang kaki lima dan restoran Hispanik kini memilih bersembunyi di rumah. Ketakutan terhadap razia membuat mereka enggan keluar untuk membeli persediaan. Selain itu, sebagian besar pekerja pasar yang tidak memiliki dokumen resmi tidak lagi datang bekerja.
Akibatnya, pendapatan Ibarra merosot tajam. Jika sebelumnya ia bisa meraup sekitar $2.000 per hari, kini pendapatannya hanya sekitar $300. Kondisi ini memaksanya membuang buah yang membusuk karena tidak laku, dengan biaya tambahan untuk jasa pembuangan sampah. Dengan biaya sewa sebesar $8.500 per bulan, Ibarra khawatir hanya bisa bertahan beberapa bulan ke depan jika situasi ini terus berlangsung.
Baca Juga : Harvard Gugat atas Pembatasan Mahasiswa Internasional
Kondisi serupa dirasakan oleh banyak pemilik usaha kecil di Los Angeles dan sekitarnya. Berdasarkan data dari Dewan Imigrasi Amerika, sepertiga dari tenaga kerja di California adalah imigran, dan sekitar 40% pemilik usaha kecil berasal dari luar negeri. Penindakan imigrasi secara masif kini dianggap menjadi ancaman nyata bagi stabilitas ekonomi lokal.
Pemerintah federal, yang sebelumnya fokus pada deportasi terhadap imigran dengan catatan kriminal, kini memperluas sasaran ke tempat kerja. Perubahan ini menciptakan ketidakpastian bagi banyak pekerja dan pelaku usaha. Meskipun ada kekhawatiran akan dampak ekonomi, belum lama ini Presiden Donald Trump memerintahkan pengalihan fokus dengan mengurangi penggerebekan di sektor-sektor seperti pertanian, restoran, dan hotel.
Namun, perubahan tersebut belum memberikan dampak positif bagi Pedro Jimenez, pemilik restoran Meksiko yang telah menjalankan usahanya selama 24 tahun di lingkungan pekerja Hispanik. Ia mengaku kehilangan pendapatan sekitar $7.000 per minggu dibandingkan dua minggu sebelumnya. Karena sepinya pelanggan, ia bahkan harus menutup restorannya lebih awal dari biasanya.
Jimenez sendiri merupakan mantan imigran ilegal yang memperoleh kewarganegaraan pada 1987 melalui program amnesti yang ditandatangani oleh Presiden Ronald Reagan. Kini, ia melihat ketakutan terhadap ICE sebagai ancaman yang merusak bisnis di komunitasnya. Menurutnya, dampak dari penindakan ini jauh lebih menghancurkan dibandingkan saat pandemi.
Protes terhadap penggerebekan ICE pun mulai muncul di berbagai titik di Los Angeles. Aksi-aksi ini menyebabkan ketegangan antara pemerintah federal dan pemerintah negara bagian California. Presiden Trump bahkan mengerahkan pasukan Garda Nasional dan Marinir ke kota tersebut, yang menuai kritik dari Gubernur Gavin Newsom.
Pihak Gedung Putih menanggapi kritik dengan menyalahkan aksi protes yang berujung kekerasan, bukan kebijakan imigrasi, sebagai penyebab kerugian ekonomi. Namun banyak pengamat menilai bahwa penindakan yang tidak terarah terhadap imigran justru memperburuk keadaan.
Andrew Selee dari Migration Policy Institute menyatakan bahwa tindakan keras yang tidak selektif terhadap imigran justru menghantam mereka yang paling terintegrasi dengan masyarakat dan ekonomi lokal. Dampaknya dirasakan langsung oleh para pemilik usaha, pekerja harian, hingga penjual kaki lima yang kini hidup dalam ketakutan.
Luis, seorang penjual hot dog asal Guatemala, mengatakan bahwa ketakutannya terhadap ICE membuatnya enggan keluar rumah. Meski masih mencoba berdagang di acara umum, ia terpaksa segera meninggalkan lokasi begitu mendengar keberadaan petugas imigrasi.
Menurutnya, tekanan psikologis ini sangat berat. Di satu sisi, ia harus mencari nafkah untuk bertahan hidup, namun di sisi lain, ancaman razia membuatnya merasa tidak aman untuk keluar bekerja.
Simak Juga : Intip Koleksi Properti Mewah Deddy Corbuzier, Ada yang Rp 28 M di Tangerang