American Party SC – Komunitas Yahudi di Washington, D.C., kini tengah bergulat dengan duka dan ketakutan usai peristiwa penembakan yang menewaskan dua karyawan Kedutaan Besar Israel di luar sebuah museum Yahudi. Penembakan ini memicu kekhawatiran mendalam dan mendorong evaluasi ulang sistem keamanan di berbagai lembaga Yahudi di wilayah tersebut.
Adam Zimmerman, seorang konsultan media asal Rockville, Maryland. Ia mengatakan bahwa dirinya tidak memikirkan masalah keamanan ketika menemani putranya dalam kunjungan sekolah ke museum sejarah alam. Namun, hanya beberapa jam kemudian, tragedi penembakan terjadi di luar Museum Yahudi Ibu Kota. Tempat Komite Yahudi Amerika menggelar resepsi diplomatik. Peristiwa itu menjadi pengingat mengerikan bagi Zimmerman sebagai orang tua Yahudi untuk tetap waspada.
Penembakan ini menambah daftar kekerasan bermotif antisemitisme di Amerika Serikat. Yang semakin meningkat sejak konflik bersenjata antara Israel dan Hamas pada Oktober 2023. Serangan tersebut memicu lonjakan kemarahan global terhadap Israel. Sayangnya, sebagian berujung pada aksi kekerasan terhadap komunitas Yahudi di negara lain, termasuk AS.
Baca Juga : Universitas Harvard Gugat Trump soal Pencabutan Izin Mahasiswa
Menurut pihak berwenang, tersangka penembakan, Elias Rodriguez dari Chicago, menyatakan bahwa tindakannya dilakukan untuk mendukung Palestina dan Gaza. Ia berhasil masuk ke dalam museum saat suasana masih kacau pasca penembakan, namun kemudian ditangkap oleh aparat keamanan. Ia kini menghadapi dakwaan pembunuhan tingkat pertama.
Direktur regional Komite Yahudi Amerika, Alan Ronkin, menyatakan bahwa acara tersebut sudah dijaga ketat, namun pihaknya tetap akan meninjau ulang seluruh protokol keamanan. Ia menegaskan bahwa komunitas Yahudi, meski terguncang, tetap menunjukkan ketangguhan.
Ron Halber, pimpinan Dewan Hubungan Komunitas Yahudi Washington Raya, menyampaikan bahwa otoritas penegak hukum telah meningkatkan patroli di sekitar lembaga Yahudi sejak kejadian tersebut. Ia juga mendorong masyarakat Yahudi untuk tetap menjalani kehidupan mereka dengan terbuka dan bangga, tanpa rasa takut menghadiri acara publik maupun pribadi.
Sebagian besar sinagoge di kota tersebut telah memiliki pengamanan bersenjata sebelum insiden ini. Namun, menurut Halber, kini diskusi berfokus pada perluasan perimeter keamanan hingga satu atau dua blok dari lokasi kegiatan. Langkah ini diambil agar ancaman potensial bisa terdeteksi lebih dini.
Gil Preuss, CEO Federasi Yahudi Washington Raya, mengatakan bahwa seluruh organisasi Yahudi di kota itu sedang memperkuat sistem keamanan. Upaya tersebut meliputi penambahan jumlah penjaga, memperluas jam tugas penjagaan, hingga melibatkan personel baru di lokasi yang sebelumnya belum memiliki pengamanan khusus.
Federasi juga sedang menggalang dana tambahan untuk mendukung penguatan keamanan jangka panjang. Menurut Preuss, hibah dari pemerintah lokal maupun federal sangat membantu menutupi biaya tinggi dari langkah-langkah ini. Program Hibah Keamanan Nirlaba yang dikelola oleh FEMA menjadi salah satu sumber pendanaan utama yang kini mulai kembali tersedia setelah sempat tertunda.
Sebagai bentuk solidaritas, sekitar 50 organisasi Yahudi telah mendesak Kongres AS untuk meningkatkan anggaran program tersebut hingga $1 miliar, lebih dari dua kali lipat dana yang ada saat ini.
Di sinagoge Adas Israel, Rabi Sarah Krinsky menyatakan bahwa pascakejadian, kehadiran polisi terlihat semakin intensif. Dengan mobil patroli ditempatkan di luar gedung dan area parkir. Ia menyebut bahwa peningkatan keamanan ini sejatinya telah dimulai sejak penembakan di Sinagoge Tree of Life tahun 2018 di Pittsburgh yang menewaskan 11 orang jamaah.
Krinsky menambahkan bahwa walaupun banyak anggota jemaat masih merasa terguncang, mereka justru semakin ingin berkumpul. Menurutnya, Shabbat akhir pekan ini akan dipenuhi oleh mereka yang ingin merasakan kebersamaan, berduka bersama, dan merasa aman dalam komunitasnya.
Dalam masa penuh duka ini, komunitas Yahudi Washington memperlihatkan kekuatan kolektif yang tidak hanya bertumpu pada ketahanan, tetapi juga pada kebersamaan yang memperkuat rasa aman dan solidaritas di tengah ancaman yang nyata.