American Party SC – Tersangka bernama Vance Luther Boelter, yang diduga melakukan penembakan dan menewaskan anggota legislatif negara bagian Minnesota serta melukai seorang senator dan istrinya, sedang diburu oleh aparat penegak hukum. Ia memiliki latar belakang sebagai pendeta Kristen dan pakar keamanan, serta diketahui pernah mengklaim memiliki pengalaman di wilayah konflik seperti Jalur Gaza dan Afrika, berdasarkan informasi dari akun media sosial dan catatan publik.
Boelter menjadi buronan setelah diduga menembak mati Melissa Hortman, seorang legislator Demokrat negara bagian Minnesota, beserta suaminya. Ia juga dituduh menembak Senator negara bagian John Hoffman dan istrinya, yang keduanya mengalami luka-luka. Polisi mengatakan Boelter terakhir terlihat pada hari Sabtu mengenakan topi koboi berwarna terang, pakaian berlengan panjang gelap, serta membawa tas.
David Carlson, seorang teman lama sekaligus rekan satu rumah Boelter, mengatakan bahwa ia menerima pesan teks dari Boelter sekitar pukul 6 pagi pada hari kejadian. Dalam pesannya, Boelter menulis bahwa ia “mungkin akan segera mati”. Carlson yang telah mengenal Boelter sejak kelas empat sekolah dasar langsung menghubungi polisi setelah menerima pesan tersebut. Ia mengaku merasa dikhianati oleh rekannya dan sedih atas apa yang menimpa para korban.
Baca Juga : Parade Militer AS Terancam Protes, Ketegangan, dan Cuaca Buruk
Boelter diketahui pernah menjabat sebagai anggota Governor’s Workforce Development Board pada tahun 2016, sebuah badan penasihat yang membantu gubernur dalam pengembangan sistem tenaga kerja negara bagian. Meski demikian, keterkaitan langsung antara Boelter dan para korban masih diselidiki oleh pihak berwenang. Kepala Biro Investigasi Kriminal Minnesota, Drew Evans, menyatakan bahwa ada kemungkinan Boelter pernah hadir dalam pertemuan publik yang juga dihadiri Senator Hoffman, namun belum bisa dipastikan apakah mereka memiliki hubungan langsung.
Secara politik, Boelter tercatat tidak memiliki afiliasi partai. Dalam sebuah unggahan di LinkedIn enam tahun lalu, ia mengajak masyarakat untuk menggunakan hak pilih mereka serta meminta doa bagi Amerika Serikat. Menurut Carlson, Boelter adalah seorang Kristen konservatif yang pernah menyatakan dukungan terhadap Donald Trump dan menyuarakan penolakan terhadap aborsi. Walaupun ia tidak terlihat fanatik secara politik.
Melalui media sosial dan catatan publik lainnya, Boelter menggambarkan dirinya sebagai pendeta, ahli keamanan, serta mantan karyawan perusahaan layanan makanan. Ia juga disebut sebagai pendiri Red Lion Group, sebuah organisasi berbasis di Republik Demokratik Kongo. Bersama istrinya, Jennifer, ia juga menjalankan bisnis keamanan bernama Praetorian Guard Security Services LLC yang terdaftar di negara bagian Minnesota. Dalam situs web perusahaan, mereka mengklaim hanya menyediakan layanan pengamanan bersenjata, dan Boelter menuliskan bahwa dirinya pernah terlibat dalam berbagai situasi keamanan di Eropa Timur, Afrika, Amerika Utara, hingga Timur Tengah.
Satu bulan sebelum penembakan terjadi. Boelter menulis di LinkedIn bahwa ia sedang mencari pekerjaan di industri makanan di beberapa negara bagian seperti Texas, Minnesota, Florida, dan Washington DC. Selain itu, catatan pajak menunjukkan bahwa ia dan istrinya juga mendirikan sebuah organisasi pelayanan Kristen bernama Revoformation. Di mana Boelter terdaftar sebagai presiden dalam dokumen tahun 2010. Dalam situs organisasi tersebut yang kini sudah tidak aktif. Boelter mengaku pernah berkunjung ke wilayah konflik untuk menyebarkan pesan damai kepada kelompok ekstremis.
Pada hari penembakan, setelah sempat melepaskan tembakan ke arah polisi, Boelter meninggalkan kendaraannya. Di dalam mobil itu, polisi menemukan dokumen yang disebut sebagai “manifesto” serta daftar nama pejabat dan legislator lainnya. Hingga kini, pihak kepolisian masih menyelidiki motif dari penembakan tersebut. Serta belum dapat menyimpulkan secara pasti alasan tindakan pelaku berdasarkan tulisan yang ditemukan.
Simak Juga : Guru Besar FK USU Desak Presiden Copot Menkes Budi Sadikin