American Party SC – Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menuai kritik tajam akibat penggunaan istilah yang dianggap antisemit dalam pidatonya baru-baru ini. Dalam pidato yang disampaikan di negara bagian Iowa pada Kamis malam, Trump menyebut Istilah Shylock menjadi tokoh fiksi yang telah lama dikaitkan dengan stereotip negatif terhadap orang Yahudi ketika berbicara mengenai kebijakan pajak dan pinjaman bank. Penggunaan istilah ini langsung menimbulkan kontroversi karena dinilai tidak pantas keluar dari mulut seorang pemimpin negara.
Dalam pidatonya, Trump menyatakan bahwa rakyat Amerika kini tidak lagi harus membayar pajak kematian atau warisan, dan tidak perlu lagi pergi ke bank untuk meminjam uang dari orang yang menurutnya adalah “bankir yang baik dan dalam beberapa kasus, Shylocks dan orang jahat.” Ungkapan tersebut langsung menuai kecaman dari berbagai pihak yang menilai pernyataan Trump sebagai tindakan yang tidak pantas dan menyulut kebencian.
Tokoh “Shylock” digambarkan sebagai seorang pemberi pinjaman Yahudi yang kejam dan serakah dalam drama abad ke-16 tersebut. Seiring waktu, nama tersebut menjadi simbol dari stereotip antisemit mengenai orang Yahudi dan uang, sehingga penggunaannya sangat sensitif. Banyak organisasi dan tokoh masyarakat menganggap penggunaan istilah tersebut sangat tidak bertanggung jawab, terutama jika keluar dari mulut seorang presiden.
Baca Juga : DPR AS Nyaris Sahkan RUU Pajak Trump yang Picu Polemik
Liga Anti-Pencemaran Nama Baik (Anti-Defamation League), salah satu organisasi terdepan dalam memerangi antisemitisme dan ujaran kebencian, mengecam keras pernyataan Trump. Mereka menyebut bahwa penggunaan istilah “Shylock” membangkitkan citra lama yang berbahaya dan menyinggung tentang keserakahan orang Yahudi, yang telah digunakan selama berabad-abad untuk mendiskreditkan dan mendiskriminasi komunitas tersebut. Dalam pernyataannya, organisasi itu menyebut bahwa kata-kata Trump sangat meresahkan dan menunjukkan sikap yang tidak bertanggung jawab sebagai kepala negara.
Reaksi juga datang dari kalangan politikus. Dan Goldman, anggota Kongres dari Partai Demokrat yang mewakili negara bagian New York dan merupakan keturunan Yahudi, menyatakan bahwa pernyataan Trump adalah bentuk antisemitisme yang terang-terangan. Ia menilai Trump tahu betul dampak dari kata-kata yang ia pilih dan menyebut tindakannya sebagai sesuatu yang keji dan disengaja.
Menanggapi kritik yang muncul, Trump kemudian memberikan klarifikasi saat kembali ke Washington. Dalam pernyataannya kepada para wartawan di pesawat kepresidenan Air Force One, ia mengaku tidak mengetahui bahwa istilah tersebut memiliki konotasi antisemit. Ia mengklaim bahwa ia hanya memahami istilah “Shylock” sebagai sebutan umum untuk seseorang yang meminjamkan uang dengan bunga tinggi. Ia juga menambahkan bahwa orang lain mungkin melihat istilah itu berbeda darinya, dan ia tidak pernah memaknai kata tersebut dengan cara yang ofensif.
Pernyataan klarifikasi tersebut tidak serta-merta meredakan kritik. Banyak pihak tetap mempertanyakan sensitivitas dan pemahaman Trump terhadap isu-isu diskriminasi, khususnya yang menyangkut komunitas minoritas. Penggunaan istilah yang menyinggung dalam pidato publik, apalagi oleh seorang presiden, dianggap bisa memberikan dampak besar terhadap persepsi masyarakat dan memperkuat stereotip yang sudah ada.
Kejadian ini menambah daftar panjang kontroversi yang melibatkan pernyataan Trump selama menjabat sebagai presiden. Sebelumnya, ia juga pernah dikritik karena pernyataan-pernyataan yang dianggap rasis, misoginis, atau mengandung ujaran kebencian terhadap kelompok tertentu. Meskipun Trump dan para pendukungnya kerap mengklaim bahwa ia hanya “berbicara secara jujur” atau “berterus terang”. Banyak pihak menilai bahwa kata-katanya sering kali memperparah ketegangan sosial dan memperdalam polarisasi politik di Amerika Serikat.
Dalam konteks sosial yang semakin sensitif terhadap keberagaman dan diskriminasi. Peran seorang pemimpin menjadi sangat penting dalam menjaga narasi publik yang inklusif dan saling menghormati. Penggunaan istilah bermuatan historis yang negatif, terlebih oleh pejabat tinggi negara. Dapat membuka luka lama dan menghambat upaya kolektif untuk menciptakan masyarakat yang adil dan bebas dari prasangka.
Simak Juga : Mandi Kembang: Tradisi Spiritual yang Menyegarkan Jiwa