American Party SC – Serangan darat Israel ke Kota Gaza resmi dimulai pada pertengahan September 2025. Langkah ini menandai babak baru dalam konflik berkepanjangan antara Israel dan Hamas, setelah sebelumnya wilayah Gaza digempur oleh serangan udara intensif selama berminggu-minggu. Menteri Pertahanan Israel menyebut operasi tersebut sebagai upaya menyasar infrastruktur militer Hamas sekaligus menekan kapasitas pertahanan kelompok tersebut.
Namun, di balik alasan militer, eskalasi ini menimbulkan kekhawatiran serius bagi warga sipil. Tank, artileri, dan pesawat tempur dikerahkan dalam skala besar. Kota Gaza yang padat penduduk kini menjadi pusat pertempuran, memicu kepanikan dan eksodus massal ke wilayah selatan. Evakuasi berlangsung sulit karena keterbatasan transportasi dan akses jalan yang sebagian rusak akibat bom.
Menurut data Kementerian Kesehatan Gaza, setidaknya 78 orang tewas dalam gelombang serangan darat Israel terbaru. Jumlah ini mencakup perempuan, anak-anak, hingga lansia yang tidak sempat mengungsi. Selain korban jiwa, ratusan orang mengalami luka serius, sebagian besar akibat runtuhan bangunan dan serangan artileri.
Dampak kemanusiaan semakin memburuk dengan hancurnya fasilitas publik. Rumah sakit kini kewalahan menerima pasien, sementara banyak warga harus tidur di tempat terbuka tanpa makanan dan air yang memadai. Krisis ini memperlihatkan kerentanan besar yang dialami masyarakat sipil di tengah konflik berkepanjangan.
Baca Juga : Tarif Mobil Jepang Resmi Diturunkan Menjadi 15 Persen, Konsumen AS Punya Banyak Pilihan
Untuk memahami kondisi yang sedang berlangsung, beberapa fakta berikut menggambarkan situasi terbaru terkait serangan darat Israel di Gaza:
Penggunaan Senjata Berat
Tank, helikopter tempur, dan kapal perang turut dilibatkan dalam operasi ini. Dampaknya, banyak wilayah pemukiman rata dengan tanah.
Perintah Evakuasi Massal
Israel meminta ribuan warga di utara Gaza untuk berpindah ke selatan. Namun, keterbatasan logistik membuat evakuasi berjalan lambat dan berisiko.
Reaksi Internasional
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan organisasi HAM mendesak Israel menahan diri. Mereka menilai korban sipil yang tinggi berpotensi melanggar hukum humaniter internasional.
Krisis Pengungsi
Ribuan orang kini kehilangan tempat tinggal. Mereka bergantung pada bantuan kemanusiaan, yang sayangnya sulit masuk akibat blokade.
Kontroversi Tujuan Serangan
Israel menegaskan target utamanya adalah Hamas, tetapi kenyataannya sebagian besar korban berasal dari kalangan sipil yang tidak terlibat perang.
Serangan darat Israel tidak hanya mengundang reaksi dari negara-negara Timur Tengah, tetapi juga komunitas internasional secara luas. Amerika Serikat, Uni Eropa, hingga negara-negara Asia mendesak gencatan senjata segera dilakukan. Mereka menekankan bahwa solusi militer tidak akan menyelesaikan akar konflik yang sudah berlarut-larut.
Meski begitu, upaya diplomasi masih menemui jalan buntu. Hamas menolak mundur, sementara Israel menegaskan operasi darat akan terus berlanjut hingga tujuan strategis tercapai. Kondisi ini membuat banyak pihak khawatir konflik akan semakin meluas dan menimbulkan krisis kemanusiaan lebih parah.
Dalam jangka panjang, komunitas internasional menilai bahwa satu-satunya jalan keluar adalah perundingan damai yang melibatkan semua pihak. Namun, kepercayaan antar pihak yang sudah terkikis membuat langkah menuju perdamaian terasa semakin jauh.
Simak Juga : Wali Kota Prabumulih Punya Harta Rp17 M, Ini Klarifikasi Terkait Isu Pencopotan Kepsek
Alih-alih hanya menjadi episode singkat, serangan darat Israel diperkirakan membawa konsekuensi jangka panjang. Infrastruktur Gaza yang hancur butuh waktu bertahun-tahun untuk dipulihkan. Generasi muda yang tumbuh di tengah perang berisiko mengalami trauma berkepanjangan, baik secara fisik maupun psikologis.
Dari sisi global, konflik ini juga memicu ketegangan geopolitik. Negara-negara tetangga seperti Mesir dan Yordania semakin tertekan untuk menampung pengungsi, sementara negara besar seperti Amerika Serikat menghadapi dilema antara mendukung sekutu atau menekan demi menghentikan korban sipil. Situasi ini menunjukkan bahwa konflik Gaza bukan hanya masalah regional, tetapi telah menjadi isu kemanusiaan dan diplomasi dunia.
Artikel tentang Serangan Darat Israel ini ditulis ulang oleh : Ayu Azhari | Editor : Micheal Halim
Sumber Informasi : Detik.com