American Party SC – Pidato Trump di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa kembali memantik kontroversi internasional. Dalam kesempatan itu, mantan Presiden Amerika Serikat tersebut menyatakan bahwa isu perubahan iklim adalah tipuan terbesar sepanjang sejarah. Ia bahkan menyebut energi terbarukan sebagai lelucon, seakan meremehkan upaya global dalam mengurangi emisi karbon.
Pernyataan tersebut bertentangan dengan konsensus ilmiah yang menyebut aktivitas manusia, terutama penggunaan bahan bakar fosil, berperan besar dalam mempercepat pemanasan global. Komunitas ilmiah menilai klaim dalam pidato Trump berpotensi menyesatkan opini publik, apalagi ketika dunia sedang menghadapi ancaman nyata dari krisis iklim. Kritik pun mengalir dari berbagai negara, mengingat Amerika Serikat sendiri masih tercatat sebagai salah satu penyumbang emisi terbesar.
Selain perubahan iklim, pidato Trump juga menyoroti isu migrasi dan energi. Ia menyebut kebijakan imigrasi terbuka sebagai ancaman bagi kedaulatan negara-negara Barat. Menurutnya, arus migran yang deras menambah beban sosial dan ekonomi, sehingga melemahkan fondasi kebebasan di dunia Barat.
Trump juga melontarkan kritik keras terhadap energi hijau yang menurutnya mahal dan tidak efektif. Ia menuduh bahwa kebijakan energi ramah lingkungan justru menjerat negara-negara kebebasan ke dalam ketergantungan baru yang melemahkan ekonomi. Pandangan ini bertolak belakang dengan tren global yang justru semakin mendorong transisi energi terbarukan sebagai langkah penting menekan krisis iklim dan menciptakan sumber daya yang berkelanjutan.
Baca Juga : Trump Terapkan Biaya Baru Rp1,6 Miliar untuk Visa H-1B Pekerja Asing
Pidato Trump tidak berhenti pada isu iklim, migrasi, dan energi. Ia juga mengkritik lembaga PBB, menyebut organisasi internasional itu tidak cukup efektif menyelesaikan konflik global. Menurut Trump, PBB lebih banyak mengeluarkan pernyataan tanpa aksi nyata.
Selain itu, sejumlah negara menjadi sasaran kritik langsung dalam pidato Trump:
Iran disebut sebagai sponsor utama terorisme dunia. Trump menuduh Iran berada di balik keruntuhan kesepakatan nuklir.
Hamas dan Palestina turut disinggung. Ia menuntut pembebasan sandera sekaligus mengecam langkah negara yang mengakui Palestina sebagai hadiah politik bagi Hamas.
Cina, India, dan beberapa negara Eropa dituding membantu Rusia secara tidak langsung dengan membeli minyak dan gas. Trump menilai tindakan tersebut mendanai konflik di Ukraina.
Melalui daftar kritik ini, pidato Trump menegaskan gaya retorikanya yang keras dan sering menimbulkan perdebatan. Dukungan terhadap pandangannya muncul dari sebagian pihak, namun tidak sedikit pula yang menilai ucapannya kontraproduktif bagi diplomasi global.
Simak Juga : Jaringan Private Cloud: Investasi Digital Jangka Panjang untuk Perusahaan Besar
Pidato Trump di PBB berdampak luas terhadap wacana diplomasi internasional. Pandangan ekstrem mengenai iklim, migrasi, dan energi membuat banyak pihak khawatir arah kebijakan global bisa terhambat. Terlebih, jika negara besar seperti Amerika Serikat tidak menunjukkan komitmen dalam isu-isu lingkungan dan keamanan, upaya kolektif dunia menjadi lebih berat.
Bagi komunitas internasional, pidato Trump dianggap sebagai sinyal bahwa politik Amerika dapat mempengaruhi konsistensi kesepakatan global. Jika narasi seperti ini terus mendapat tempat, maka kerja sama multilateral yang dibangun dengan susah payah bisa terganggu. Namun, di sisi lain, kritik keras Trump terhadap PBB dan negara lain juga membuka ruang diskusi tentang reformasi sistem global yang dinilai lamban dalam menghadapi krisis.
Dengan segala kontroversinya, pidato Trump di PBB menunjukkan betapa besar dampak retorika seorang pemimpin dunia terhadap arah kebijakan global. Pernyataannya yang menyebut perubahan iklim sebagai tipuan hingga kecaman terhadap berbagai negara menjadi sorotan publik internasional. Meskipun banyak yang menentang pandangannya, pidato ini menegaskan bahwa perdebatan tentang masa depan dunia masih penuh ketegangan antara sains, politik, dan kepentingan nasional.
Artikel tentang Pidato Trump ditulis ulang oleh : Lukman Azhari | Editor : Micheal Halim
Sumber Informasi : Detik.com