American Party SC – Penjualan kendaraan baru di Amerika Serikat diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 2,5% pada bulan Juni 2025 jika disesuaikan dengan jumlah hari penjualan, menurut laporan terbaru dari JD Power dan GlobalData yang dirilis pada hari Rabu. Kenaikan ini setara dengan total penjualan sekitar 1,25 juta unit untuk bulan tersebut.
Namun, jika tidak memperhitungkan penyesuaian terhadap jumlah hari penjualan, maka sebenarnya terjadi penurunan volume penjualan sekitar 5,4% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Konsultan industri menyebutkan bahwa perbedaan ini disebabkan oleh faktor musiman dan perubahan perilaku konsumen pada kuartal sebelumnya.
Beberapa pembeli kendaraan dilaporkan telah melakukan pembelian lebih awal, tepatnya pada bulan Maret dan April. Hal ini dipicu oleh kekhawatiran bahwa tarif yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump akan menyebabkan harga kendaraan meningkat di masa mendatang. Akibatnya, terjadi lonjakan pembelian pada awal tahun yang kemudian berdampak pada penurunan angka penjualan di bulan Juni karena efek penarikan permintaan.
Baca Juga : Panas Ekstrem Uji Ketahanan Kesehatan dan Keselamatan Publik
Faktor lain yang memengaruhi data perbandingan tahunan adalah gangguan yang terjadi pada bulan Juni tahun lalu akibat serangan siber. Insiden tersebut mengganggu operasional sistem perangkat lunak dealer, yang pada akhirnya menyebabkan penurunan penjualan ritel sekitar 85.000 unit kendaraan. Karena itulah, data penjualan tahun ini jika dibandingkan langsung dengan tahun lalu dapat menimbulkan kesan yang menyesatkan dan tampak lebih positif dari kondisi sebenarnya.
Dalam laporan yang sama, disebutkan bahwa harga transaksi rata-rata kendaraan baru pada Juni 2025 diperkirakan mencapai $46.233. Angka ini menunjukkan kenaikan sebesar 3,1% dibandingkan Juni tahun sebelumnya. Namun jika dibandingkan secara bulanan, peningkatannya hanya sebesar 0,2%, menandakan stabilisasi harga di pasar.
Tarif yang dikenakan terhadap barang impor juga berkontribusi terhadap peningkatan biaya produksi. Rata-rata, tarif saat ini menambah beban sekitar $4.275 per kendaraan bagi produsen. Dampak dari tarif ini sangat bergantung pada lokasi produksi, yang berarti beberapa produsen menghadapi tekanan biaya lebih besar dibandingkan yang lain.
Sebagai respons terhadap meningkatnya biaya tersebut, produsen otomotif telah memangkas pengeluaran untuk insentif. Pada bulan Januari 2025, insentif rata-rata berada di kisaran 6,1% dari harga eceran yang disarankan. Namun, pada bulan Juni, angka ini telah turun menjadi 5%. Penurunan insentif ini berpengaruh langsung terhadap daya beli konsumen, terutama mereka yang mencari kendaraan dengan harga terjangkau.
Thomas King, Presiden Divisi Data dan Analitik di JD Power, mengatakan bahwa penurunan insentif ini mencerminkan tekanan biaya yang dihadapi produsen akibat tarif. Namun, langkah ini juga menyebabkan sejumlah calon pembeli memilih untuk menunda pembelian karena keterbatasan anggaran.
Melihat proyeksi ke depan, penjualan kendaraan baru di kuartal kedua tahun 2025 diperkirakan akan mencapai 4,18 juta unit. Yang berarti ada kenaikan sebesar 2,5% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Para analis menyarankan agar tren penjualan pada bulan Juli nanti dipantau dengan cermat, karena data dari tahun lalu dipengaruhi oleh pemulihan pasca gangguan perangkat lunak dealer. Hal ini membuat perbandingan antar tahun menjadi kurang akurat dalam menggambarkan kondisi pasar yang sebenarnya.
Dengan berbagai faktor yang memengaruhi pasar otomotif saat ini, mulai dari tarif impor, tekanan biaya produksi, hingga perubahan perilaku konsumen. Industri ini diperkirakan akan terus beradaptasi dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi dan kebijakan pemerintah. Pemerhati industri pun dianjurkan untuk tetap mengikuti perkembangan terbaru agar dapat memahami arah pergerakan pasar kendaraan bermotor secara lebih akurat.
Simak Juga : Skytrax Rilis Maskapai Terbaik 2025, Garuda Masuk Daftar?