American Party SC – Partai Demokrat Amerika Serikat tengah menghadapi tekanan internal dari para pendukungnya sendiri. Sebuah jajak pendapat terbaru dari Reuters/Ipsos mengungkap bahwa mayoritas pemilih Demokrat menginginkan pemimpin baru. Yang lebih memusatkan perhatian pada isu ekonomi sehari-hari, seperti biaya hidup, pajak, dan pengaruh korporasi. Hal ini mencerminkan ketidakpuasan yang mendalam terhadap arah kebijakan partai saat ini.
Jajak pendapat yang dilakukan secara daring pada 11–16 Juni tersebut melibatkan 4.258 responden dari seluruh negeri, termasuk 1.293 pemilih yang mengidentifikasi diri sebagai Demokrat. Hasilnya menunjukkan bahwa sekitar 62% dari mereka sepakat bahwa kepemimpinan Partai Demokrat perlu digantikan dengan sosok baru. Hanya 24% yang tidak setuju dan sisanya menyatakan ragu atau tidak menjawab.
Para responden merasa bahwa partai lebih banyak menyoroti isu-isu seperti hak transgender dan kendaraan listrik dibandingkan dengan masalah yang mereka anggap lebih mendesak. Isu-isu seperti pengendalian harga kebutuhan pokok, reformasi pajak. Serta pembatasan pengaruh uang dalam politik menjadi fokus utama yang mereka nilai kurang diperhatikan oleh pemimpin partai saat ini.
Baca Juga : Konsumsi Alkohol di AS: Dari Pedoman Ketat ke Saran Global
Setelah kekalahan Wakil Presiden Kamala Harris dari Donald Trump pada pemilu November lalu, Partai Demokrat dianggap kehilangan arah. Ketidakpuasan ini diperkuat dengan sejumlah pengunduran diri tokoh penting, seperti Randi Weingarten dari Komite Nasional Demokrat, serta penggulingan aktivis progresif David Hogg.
Jajak pendapat juga mengungkap kesenjangan antara harapan pemilih dan kebijakan partai. Sebanyak 86% pemilih Demokrat ingin warga kaya dan perusahaan besar membayar pajak lebih tingg. Namun hanya 72% yang yakin pemimpin partai menganggap hal itu sebagai prioritas utama. Selain itu, 73% pemilih menilai pentingnya membatasi sumbangan ke kelompok politik seperti Super PAC. Namun hanya 58% merasa hal tersebut benar-benar menjadi fokus para pemimpin partai.
Gubernur California Gavin Newsom, yang dipandang sebagai salah satu calon presiden potensial dari Partai Demokrat untuk 2028, mengakui bahwa banyak masyarakat tidak lagi percaya bahwa partai memperjuangkan kepentingan mereka. Ia menyoroti bahwa partai harus kembali pada isu-isu yang langsung menyentuh kehidupan sehari-hari masyarakat.
Para ahli strategi politik Demokrat menilai hasil jajak pendapat ini sebagai peringatan serius. Menurut Mark Riddle dari firma riset Future Majority, pemilih saat ini menginginkan solusi nyata terhadap masalah dapur mereka, seperti harga bahan pokok, layanan kesehatan, dan akses terhadap perawatan anak.
Ketidakpuasan ini paling terasa di kalangan pemilih muda. Hanya 55% pemilih Demokrat berusia 18–39 tahun yang merasa partai memprioritaskan kebijakan seperti cuti keluarga berbayar, padahal 73% dari mereka menganggapnya sangat penting. Di kalangan pemilih yang lebih tua, ketidaksesuaian persepsi ini tidak terlalu mencolok.
Banyak responden juga menyatakan bahwa hanya mengkritik Trump tidak akan cukup untuk meraih kemenangan. Mereka menginginkan pesan yang lebih kuat dan jelas mengenai ekonomi serta kesejahteraan rakyat. Hal ini juga menyentuh isu transportasi umum, harga obat resep. Serta ketersediaan asuransi kesehatan yang dianggap belum cukup diperjuangkan oleh para pemimpin partai.
Sementara itu, sebagian responden menilai partai terlalu fokus pada isu-isu yang rentan digunakan sebagai senjata politik oleh lawan, seperti hak transgender dalam olahraga. Hanya 17% yang menganggap isu tersebut sebagai prioritas, namun 28% percaya para pemimpin partai justru menempatkannya sebagai perhatian utama.
Ahli strategi Demokrat menyimpulkan bahwa partai perlu memanfaatkan dampak negatif dari kebijakan pajak dan perdagangan era Trump, yang dinilai lebih menguntungkan orang kaya dan merugikan kelas pekerja. Untuk itu, diperlukan pembaruan kepemimpinan dan pendekatan yang lebih menyentuh aspirasi rakyat. Para pemilih tidak ingin Partai Demokrat hanya menjadi pilihan yang lebih baik dari yang buruk, melainkan menjadi kekuatan politik yang benar-benar membawa perubahan nyata dalam kehidupan mereka.
Simak Juga : Paham Materialisme: Antara Filosofi dan Gaya Hidup Modern