American Party SC – Eric Adams, Wali Kota New York City, menegaskan dirinya tidak akan mundur dari pencalonan ulang Pilkada New York 2025 meskipun berbagai rumor politik beredar. Pada awal September 2025, ia secara terbuka menyatakan bahwa dirinya tetap berada di jalur untuk maju dalam pemilihan, melawan arus tekanan politik yang semakin besar. Pernyataan ini muncul setelah spekulasi menyebutkan bahwa ia mungkin mundur demi menghindari perpecahan suara di kalangan oposisi Zohran Mamdani, kandidat utama dari Partai Demokrat progresif.
Adams menegaskan bahwa tidak ada tawaran jabatan federal ataupun kesepakatan politik lain yang bisa menggoyahkan komitmennya. Ia ingin membuktikan bahwa dirinya masih memiliki peluang besar untuk mempertahankan jabatan sebagai wali kota. Baginya, perjalanan politik tidak ditentukan oleh rumor, melainkan oleh kepercayaan rakyat New York terhadap kepemimpinannya.
Alasan Adams bertahan:
Ia menilai dirinya kandidat terkuat untuk melawan Zohran Mamdani.
Tidak ingin dikendalikan rumor atau tekanan elit politik.
Komitmen untuk menyelesaikan program kerja yang sudah dimulai.
Dalam beberapa pekan terakhir, rumor berkembang bahwa Adams akan menarik diri dari kompetisi Pilkada New York 2025 setelah disebut-sebut mendapat tawaran jabatan federal dari pemerintahan Trump. Spekulasi ini semakin memanas karena adanya dorongan dari sejumlah tokoh bisnis dan politik untuk menyatukan kekuatan melawan Mamdani. Namun Adams menepis kabar itu dengan tegas.
Ia menyebut bahwa rumor tersebut hanyalah manuver politik yang tidak berdasar. Menurutnya, publik berhak tahu bahwa dirinya tidak pernah melakukan pembicaraan mengenai posisi di tingkat nasional. Klarifikasi ini penting untuk menjaga konsistensi kampanye dan memastikan warga tidak kehilangan kepercayaan pada proses demokrasi.
Baca Juga : Administrasi Trump Pertimbangkan Larangan Beli Senjata untuk Komunitas Transgender
Isi klarifikasi Adams kepada publik:
Tidak ada tawaran jabatan dari Presiden Trump atau pejabat federal.
Ia tidak pernah berniat mengorbankan pencalonan demi kepentingan politik tertentu.
Penegasan bahwa ia masih fokus melayani warga New York hingga masa kampanye selesai.
Pertarungan menuju kursi wali kota New York kali ini dipenuhi dinamika yang kompleks. Zohran Mamdani, anggota legislatif progresif, dipandang sebagai ancaman besar bagi kandidat lain karena mendapat dukungan luas dari basis pemilih muda dan kelompok aktivis. Di sisi lain, nama Andrew Cuomo, mantan gubernur, juga muncul sebagai alternatif yang didorong oleh sebagian kalangan politik dan bisnis.
Adams berada di posisi sulit karena harus menghadapi tekanan untuk mundur agar tidak memecah suara. Meskipun begitu, ia tetap yakin bahwa kehadirannya justru memberikan pilihan berbeda bagi warga. Menurut Adams, demokrasi seharusnya memberi ruang untuk berbagai kandidat bersaing tanpa adanya tekanan untuk menyerah.
Peta persaingan kandidat:
Zohran Mamdani: kandidat progresif dengan basis pemilih muda.
Andrew Cuomo: mantan gubernur yang kembali mencoba panggung politik.
Curtis Sliwa: tokoh konservatif dengan pendekatan populis.
Eric Adams: kandidat petahana yang maju sebagai independen.
Adams kini mengusung strategi kampanye yang menekankan pada pencapaian selama masa jabatannya. Ia menyoroti keberhasilan program keamanan publik, pembangunan infrastruktur, dan upaya reformasi perumahan. Namun di sisi lain, ia masih dibayangi penyelidikan federal yang sempat mencoreng citranya meski tuduhan itu akhirnya dibatalkan pada April 2025.
Selain masalah citra, tantangan terbesar Adams adalah membalikkan tren survei yang menempatkannya di posisi lemah dibandingkan Mamdani. Untuk itu, ia perlu membangun kembali kepercayaan warga dan meraih simpati dari kelompok pemilih yang ragu. Adams percaya bahwa pengalaman memimpin kota dalam masa sulit akan menjadi nilai tambah yang tidak dimiliki lawannya.
Fokus strategi Adams:
Menonjolkan pencapaian sebagai wali kota dalam bidang keamanan dan perumahan.
Menggalang dukungan dari komunitas bisnis yang masih terpecah.
Menghadapi kritik dengan transparansi dan klarifikasi publik.
Keputusan Adams untuk tetap bertahan memiliki implikasi besar terhadap peta politik Pilkada New York. Dengan tetap maju, ia berpotensi memecah suara oposisi Mamdani dan membuat persaingan semakin sengit. Namun di sisi lain, langkah ini juga bisa memperlihatkan komitmen seorang kandidat yang berani menantang arus politik yang tidak mendukungnya.
Bagi publik New York, kehadiran Adams di kancah pemilihan memberikan lebih banyak pilihan. Meskipun ia menghadapi tantangan berat, keberlanjutan pencalonan ini akan menjadi ujian sejauh mana warga kota masih percaya pada gaya kepemimpinannya. Harapan Adams adalah mampu meyakinkan bahwa dirinya tetap relevan dan layak memimpin New York untuk periode berikutnya.
Implikasi politik dari keputusan Adams:
Persaingan semakin ketat dengan risiko terpecahnya suara oposisi Mamdani.
Memunculkan perdebatan soal konsolidasi partai dan kepentingan elit politik.
Memberi kesempatan bagi publik untuk menilai ulang rekam jejak kepemimpinannya.
Eric Adams telah menegaskan bahwa ia tidak akan mundur dari arena Pilkada New York 2025. Meskipun banyak rumor, tekanan, dan tantangan politik, ia tetap percaya bahwa dirinya memiliki tanggung jawab moral kepada warga New York. Keputusannya bukan hanya soal ambisi pribadi, tetapi juga tentang mempertahankan prinsip demokrasi di mana setiap kandidat berhak memperjuangkan suaranya.
Dengan segala pro dan kontra, perjalanan Adams menuju pemilihan ulang akan menjadi salah satu momen politik paling menarik di New York. Bagaimana ia menghadapi lawan-lawan kuat dan mengatasi skeptisisme publik akan menentukan nasibnya sebagai pemimpin kota terbesar di Amerika Serikat.