American Party SC – Pesawat Azerbaijan Airlines yang jatuh di Kazakhstan Rabu lalu menewaskan 38 orang dan menyisakan 29 korban selamat. Sebelum pesawat tersebut jatuh, beberapa penumpang dan awak pesawat melaporkan mendengar suara ledakan keras. Yang memberi petunjuk tentang apa yang mungkin menjadi penyebab bencana tersebut. Subhonkul Rakhimov, salah seorang penumpang yang selamat, mengungkapkan bahwa setelah mendengar ledakan tersebut. Ia merasa pesawat itu sudah tidak bisa diselamatkan dan bersiap menghadapi kematian. Ia menggambarkan kondisi pesawat yang tampak rusak, seolah-olah pesawat itu dalam keadaan terbang yang sangat tidak stabil.
Penumpang lainnya, Vafa Shabanova, juga mendengar suara ledakan keras dan merasa sangat ketakutan. Dia menyebutkan bahwa ada ledakan kedua, dan setelah itu, pramugari memerintahkan dirinya untuk pindah ke bagian belakang pesawat. Beberapa penumpang lain merasakan penurunan kadar oksigen di kabin setelah ledakan, yang menambah kekhawatiran mereka. Pramugari Asadov mengatakan bahwa pilot sempat mempertimbangkan untuk mendaratkan pesawat di Grozny, namun keputusan itu dibatalkan karena kabut tebal. Pesawat kemudian berputar dan beberapa suara ledakan terdengar dari luar pesawat, tepatnya dari sayap kiri. Asadov menyebutkan bahwa ada tiga ledakan yang terdengar, dan setelah itu, kabin pesawat kehilangan tekanan.
Berdasarkan informasi yang dihimpun oleh para penumpang dan awak pesawat, terdapat dugaan bahwa pesawat itu mungkin telah ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara Rusia. Meskipun pihak Azerbaijan Airlines menganggap kecelakaan ini disebabkan oleh “gangguan eksternal fisik dan teknis”. Mereka tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang gangguan yang dimaksud. Pihak yang terlibat dalam investigasi awal mengungkapkan bahwa pesawat tersebut mungkin secara keliru ditembak jatuh oleh pertahanan udara Rusia. Namun, Rusia menekankan pentingnya menunggu penyelidikan resmi untuk mengetahui penyebab pasti kecelakaan tersebut.
Baca Juga : Trump Tunjuk Duta Besar Baru untuk Panama dan Soroti Terusan Panama
Pesawat yang jatuh adalah pesawat jet penumpang Embraer yang sedang dalam perjalanan dari Baku, ibu kota Azerbaijan, menuju Grozny, Rusia. Saat pesawat mendekati Grozny, pesawat berbelok ke arah Laut Kaspia dan akhirnya jatuh di dekat kota Aktau, Kazakhstan, setelah beberapa kali berputar. Sebelumnya, pengawas penerbangan Rusia melaporkan bahwa pesawat tersebut mengalami keadaan darurat yang mungkin disebabkan oleh serangan burung. Namun, video yang diambil oleh penumpang sebelum pesawat jatuh menunjukkan masker oksigen yang turun dan penumpang yang mengenakan rompi pelampung. Setelah pesawat mendarat dengan keras, situasi di dalam pesawat sangat kacau, dengan beberapa penumpang terluka parah.
Insiden ini mengingatkan kita akan bahaya yang dihadapi penerbangan sipil, terutama di wilayah konflik. Meskipun pesawat tersebut berada jauh dari garis depan perang, risiko penerbangan sipil tetap tinggi, apalagi di wilayah yang sering menjadi sasaran serangan pesawat tak berawak. Pesawat Ukraina sering menyerang wilayah Rusia menggunakan drone, dan Rusia menggunakan sistem pertahanan udara serta perangkat pengacau elektronik untuk melawan ancaman tersebut.
Menurut Andrew Nicholson, CEO Osprey Flight Solutions, situasi ini meningkatkan risiko terhadap penerbangan sipil, terutama di wilayah yang berdekatan dengan zona perang dan aktivitas pertahanan udara yang intensif. Sejak dimulainya invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, beberapa maskapai telah menghindari rute penerbangan di sekitar Ukraina dan bagian barat Rusia, yang sering kali ditutup karena alasan keamanan.
Rusia sendiri menyatakan bahwa pesawat tersebut telah berbelok dari rutenya menuju Grozny karena kabut tebal dan ancaman pesawat tak berawak Ukraina. Pihak berwenang Rusia juga mengungkapkan bahwa meskipun bandara lain telah ditawarkan, kapten pesawat memilih untuk mendarat di Aktau, Kazakhstan. Pihak otoritas penerbangan Rusia berjanji akan memberikan dukungan penuh terhadap penyelidikan yang dilakukan oleh Kazakhstan dan Azerbaijan.
Kecelakaan ini menambah deretan insiden tragis yang melibatkan pesawat sipil yang jatuh akibat konflik, seperti penembakan jatuh pesawat Malaysia Airlines MH17 pada 2014 dan pesawat Ukraine International Airlines PS752 pada 2020.
Simak Juga : SDPPI Tingkatkan Kompetensi Pegawai Melalui Pelatihan Kecerdasan Buatan (AI)