American Party SC – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali memicu perdebatan setelah menyebut negaranya meraih keuntungan dari perang Rusia dan Ukraina. Dalam pernyataannya, Trump menilai bahwa konflik bersenjata di Eropa Timur tersebut bukan sekadar tragedi politik dan kemanusiaan, tetapi juga menjadi ajang transaksi ekonomi besar yang menguntungkan Washington.
Trump menyoroti bahwa Amerika Serikat tidak perlu lagi mengeluarkan dana besar secara langsung untuk terlibat dalam perang Rusia dan Ukraina. Menurutnya, keuntungan datang melalui mekanisme penjualan senjata kepada negara-negara anggota NATO yang kemudian menyalurkannya ke Kyiv. Dengan cara ini, Washington tetap mendapatkan pemasukan tanpa harus mengeluarkan beban fiskal yang signifikan.
Dalam kesempatan yang sama, Trump membandingkan kebijakan luar negeri yang dijalankan pada masa pemerintahannya dengan langkah yang diambil Presiden Joe Biden. Ia menuding pemerintahan saat ini terlalu royal dalam memberikan bantuan langsung kepada Ukraina. Disebutkan bahwa paket bantuan yang dikucurkan mencapai ratusan miliar dolar, sebuah angka yang menurut Trump membebani keuangan negara.
Trump menilai, ketika ia berkuasa, strategi yang digunakan lebih menguntungkan Amerika Serikat. Alih-alih memberi dana segar, Washington menjual persenjataan kepada sekutu NATO, sehingga pihak lain yang menanggung biaya. Cara ini dianggap lebih cerdas karena tidak hanya memperkuat aliansi militer, tetapi juga mendongkrak industri pertahanan dalam negeri.
Baca Juga : Amerika Serikat Dikecam Usai Veto Resolusi Gencatan Senjata di Gaza
Dalam pernyataan yang tak kalah kontroversial, Trump menggambarkan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, sebagai “penjual terbaik di dunia.” Komentar ini merujuk pada kemampuan Zelensky dalam meyakinkan komunitas internasional untuk terus memberikan dukungan, baik berupa senjata, dana, maupun bantuan logistik.
Trump seakan menilai bahwa Zelensky berhasil memanfaatkan situasi perang Rusia dan Ukraina untuk mendapatkan simpati global. Dengan gaya diplomasi yang penuh daya tarik, ia mampu menempatkan negaranya sebagai pihak yang selalu layak menerima dukungan, terlepas dari besarnya beban yang harus ditanggung oleh para sekutu.
Pernyataan Trump menegaskan pandangannya bahwa perang Rusia dan Ukraina bukan hanya soal geopolitik, melainkan juga berdampak signifikan terhadap ekonomi global. Amerika Serikat, melalui sektor pertahanan, mendapat dorongan besar berkat meningkatnya permintaan senjata dari negara-negara Eropa.
Hal ini menimbulkan pro dan kontra. Di satu sisi, keuntungan ekonomi dianggap sebagai langkah realistis untuk memanfaatkan momentum. Namun di sisi lain, sikap seperti ini dapat memunculkan kritik moral, karena memberi kesan bahwa penderitaan akibat perang dijadikan sarana untuk meraup keuntungan.
Untuk memahami lebih jauh posisi Amerika Serikat dalam konflik ini, ada beberapa poin penting yang perlu diperhatikan:
Penjualan Senjata ke NATO: Amerika Serikat mendapat keuntungan besar dari kontrak pertahanan, di mana negara-negara NATO membeli persenjataan sebelum disalurkan ke Ukraina.
Bantuan Biden: Pemerintahan Joe Biden memberikan bantuan langsung ke Ukraina dengan nilai mencapai sekitar USD 350 miliar.
Strategi Trump: Alih-alih memberikan dana tunai, Trump lebih memilih agar sekutu yang menanggung beban biaya pembelian senjata.
Zelensky sebagai Diplomat: Presiden Ukraina berhasil menggalang simpati global dengan retorika kuat yang membuat dukungan internasional terus mengalir.
Kritik Moral: Beberapa pihak menilai bahwa meraup untung dari perang Rusia dan Ukraina bisa dianggap tidak etis karena mengabaikan sisi kemanusiaan.
Daftar ini menunjukkan bahwa konflik bukan hanya soal pertempuran di medan perang, tetapi juga melibatkan jaringan kompleks dari politik, diplomasi, dan ekonomi global.
Komentar Trump tentu saja menimbulkan kontroversi, baik di dalam negeri maupun di tingkat global. Pihak pendukung menilai ia berbicara realistis dan menyingkap fakta bahwa perang Rusia dan Ukraina memang menjadi lahan bisnis besar bagi industri pertahanan. Namun, lawan politiknya mengecam ucapan tersebut karena dianggap tidak sensitif terhadap penderitaan rakyat Ukraina.
Secara internasional, pernyataan itu juga berpotensi memperkeruh hubungan Amerika dengan sekutunya. Sebagian negara Eropa bisa merasa bahwa mereka hanya dijadikan pasar senjata, bukan mitra sejajar dalam menjaga stabilitas kawasan. Sementara itu, Rusia kemungkinan akan memanfaatkan komentar ini untuk menyudutkan Barat di mata opini publik dunia.
Simak Juga : Istana Akhirnya Buka Suara Soal Isu Mahfud MD Jadi Ketua Komite Reformasi Kepolisian
Pada akhirnya, perang Rusia dan Ukraina masih berlangsung dengan intensitas yang tinggi. Dampak konflik ini tidak hanya dirasakan di medan tempur, tetapi juga menjalar ke isu politik global, diplomasi, serta ekonomi. Ucapan Trump mungkin menyoroti sisi yang jarang dibicarakan, yakni keuntungan ekonomi di balik tragedi. Namun, hal tersebut justru menambah kompleksitas dalam memahami perang yang penuh kepentingan ini.
Artikel tentang Perang Rusia ditulis ulang oleh : Rahma Azhari | Editor : Micheal Halim
Sumber Informasi : Sindonews.com