American Party SC – Agen Biro Investigasi Federal (FBI) geledah rumah John Bolton, mantan penasihat keamanan nasional Gedung Putih yang dikenal sebagai salah satu kritikus paling vokal terhadap Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Penggeledahan berlangsung pada Jumat pagi di kediaman Bolton yang berada di Bethesda, Maryland, kawasan pinggiran kota Washington DC. Seorang pejabat yang mengetahui persoalan ini menyebutkan bahwa langkah tersebut terkait penyelidikan atas dugaan penyebaran informasi rahasia secara ilegal.
FBI melalui pernyataan resminya menegaskan adanya “aktivitas yang diizinkan pengadilan” di area rumah Bolton. Selain itu, FBI geledah kantor Bolton yang berlokasi di Washington DC. Meski demikian, hingga berita ini diturunkan, Bolton belum memberikan tanggapan langsung. Menurut laporan CNN, ia menyatakan belum mengetahui secara rinci perihal penggeledahan dan sedang mencari penjelasan lebih lanjut.
Bolton pernah menjabat sebagai duta besar Amerika Serikat untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa serta penasihat keamanan nasional pada masa jabatan pertama Trump. Namun, hubungan keduanya memburuk setelah ia didepak dari pemerintahan. Sejak saat itu, Bolton berulang kali menyebut Trump tidak layak menduduki jabatan presiden. Karena itu, penggeledahan ini memunculkan spekulasi politik mengingat Trump kembali menjabat di Gedung Putih.
Langkah FBI terhadap Bolton dipandang sebagai bagian dari pola lebih luas di mana pemerintahan Trump menggunakan instrumen hukum terhadap para rivalnya. Sejak kembali berkuasa pada Januari lalu, sejumlah tokoh oposisi Partai Demokrat menjadi sasaran penyelidikan dan tuntutan hukum, mulai dari wali kota di New Jersey, anggota Kongres, hingga seorang gubernur Federal Reserve.
Baca Juga : Gelombang Tarif Trump: Dinamika Perang Dagang Amerika Serikat
Trump sendiri menanggapi penggeledahan ini dengan sikap dingin. Ketika ditanya wartawan pada Jumat, ia mengatakan tidak mengetahui operasi tersebut dan hanya melihatnya dari televisi. “Saya bukan penggemar John Bolton. Dia benar-benar orang yang rendah. Bisa saja dia tidak patriotik. Kita lihat nanti,” ujarnya.
Menurut laporan New York Post, penggeledahan rumah Bolton dimulai sekitar pukul tujuh pagi atas perintah Direktur FBI Kash Patel. Patel kemudian menulis pernyataan di platform X bahwa tidak ada seorang pun yang kebal hukum, meskipun ia tidak menyebut nama Bolton secara langsung. Rekaman dari Reuters memperlihatkan agen-agen FBI dengan jaket khusus keluar masuk rumah Bolton saat operasi berlangsung.
Ini bukan pertama kalinya Bolton berhadapan dengan aparat hukum terkait dugaan penyalahgunaan informasi rahasia. Pada 2020, Departemen Kehakiman era Trump menggugat Bolton karena isi bukunya, The Room Where It Happened: A White House Memoir, dianggap memuat informasi sensitif. Buku tersebut melukiskan gambaran buruk tentang kepemimpinan Trump. Namun upaya pemerintah untuk memblokir penerbitan gagal di pengadilan, dan kasus hukum itu dibatalkan pada masa pemerintahan Presiden Joe Biden.
Sejumlah pakar menilai penggeledahan ini sarat dimensi politik. Bradley Moss, pengacara yang fokus pada isu keamanan nasional, menegaskan bahwa surat perintah penggeledahan hanya bisa diterbitkan jika ada bukti objektif dan sah mengenai potensi tindak pidana. Namun ia juga mengakui bahwa kasus ini pasti dipandang politis mengingat Bolton adalah pengkritik keras presiden yang sedang berkuasa.
Bolton terus melancarkan kritik terhadap Trump sejak ia kembali ke Gedung Putih. Setelah pertemuan puncak Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska baru-baru ini, Bolton menyebut Putin sebagai pihak yang jelas lebih diuntungkan. Ia juga menggambarkan Trump terlihat lelah dan tidak mampu menunjukkan terobosan berarti dalam upaya mengakhiri perang di Ukraina.
Hubungan Bolton dengan Direktur FBI Kash Patel pun penuh ketegangan. Dalam sebuah wawancara pada Desember lalu, ia mengatakan pencalonan Patel seharusnya ditolak Senat tanpa perlawanan. Namun Patel akhirnya tetap dikonfirmasi dan kini memimpin FBI, lembaga yang melakukan penggeledahan terhadap dirinya.
Selain itu, Bolton pernah kehilangan perlindungan dari Dinas Rahasia setelah Departemen Kehakiman menyatakan bahwa ancaman pembunuhan dari Iran terhadap dirinya sudah mereda. Meski begitu, ia tetap menjadi figur penting dalam politik luar negeri Amerika dan sering dimintai komentar oleh media.
Dengan latar belakang panjang konflik pribadi maupun politik antara Trump dan Bolton, penggeledahan ini menimbulkan pertanyaan besar di kalangan pengamat. Apakah benar Bolton melanggar hukum dengan membocorkan informasi rahasia, ataukah operasi ini bagian dari langkah politik untuk membungkam salah satu pengkritik paling keras presiden? Jawaban dari pertanyaan tersebut kemungkinan besar baru akan terungkap setelah penyelidikan FBI berjalan lebih jauh.
Simak Juga : Pemakaman Es di Kutub Utara: Tradisi Unik dari Tanah Beku