American Party SC – Utang AS kembali menjadi sorotan setelah data terbaru menunjukkan lonjakan signifikan dalam kepemilikan obligasi pemerintah oleh negara asing. Hingga akhir 2024, jumlah utang luar negeri yang dipegang negara lain mencapai sekitar USD 8,5 triliun, sementara total utang nasional AS baik domestik maupun luar negeri menyentuh angka USD 36,6 triliun atau setara Rp603.000 triliun.
Porsi hutang AS yang dipegang asing menjadi penting karena menunjukkan seberapa besar ketergantungan Washington pada investor internasional untuk membiayai kebutuhan fiskalnya. Dengan defisit anggaran yang terus melebar, pemerintah Amerika Serikat semakin aktif menerbitkan surat utang yang kemudian dibeli oleh negara-negara besar seperti Jepang, China, dan Inggris.
Tidak semua negara memiliki porsi sama dalam kepemilikan utang AS. Beberapa negara maju menjadi pemegang utama surat utang Amerika, yang sekaligus menunjukkan hubungan erat antara keuangan global dan stabilitas ekonomi AS.
Daftar negara dengan kepemilikan terbesar antara lain:
Jepang: Sekitar USD 1 triliun atau setara Rp15.500 triliun, menjadikannya pemegang terbesar hutang AS.
China: Di posisi kedua dengan sekitar USD 759 miliar atau Rp12.500 triliun.
Inggris: Memiliki lebih dari USD 723 miliar atau Rp11.200 triliun.
Irlandia, Belgia, Prancis, dan Swiss: Menyumbang porsi signifikan meski tidak sebesar tiga besar.
Data tersebut memperlihatkan bahwa sebagian besar utang AS justru berada di tangan negara-negara yang juga menjadi mitra dagang utama Amerika, sehingga menciptakan keterkaitan ekonomi yang sangat erat.
Ada berbagai alasan mengapa hutang AS semakin membengkak dan diminati oleh negara lain. Beberapa faktor utama antara lain:
Surat Utang Sebagai Aset Aman
Treasury Bonds AS dianggap sebagai aset paling aman di dunia karena stabilitas politik dan ekonomi Amerika. Negara lain menyimpannya sebagai cadangan devisa.
Peran Dolar AS
Dolar merupakan mata uang cadangan global yang digunakan dalam transaksi perdagangan internasional, membuat surat hutang AS semakin menarik.
Pembiayaan Defisit Fiskal
Pemerintah AS rutin mengeluarkan belanja melebihi pendapatan, sehingga perlu menutupi defisit dengan menerbitkan obligasi baru.
Kondisi Global
Saat terjadi krisis ekonomi, investor cenderung mencari instrumen aman. Surat utang AS pun menjadi tujuan utama.
Faktor-faktor tersebut membuat tren peningkatan utang AS sulit dihindari, terutama di tengah dinamika ekonomi global yang penuh ketidakpastian.
Meski membawa manfaat berupa sumber pendanaan, ketergantungan pada kepemilikan asing juga menghadirkan risiko bagi stabilitas ekonomi Amerika Serikat.
Risiko utama dari utang AS antara lain:
Ketergantungan Investor Luar Negeri: Jika negara pemegang besar menjual obligasi dalam jumlah banyak, pasar keuangan bisa terguncang.
Leverage Politik: Negara pemegang surat utang bisa menggunakan kepemilikannya sebagai pengaruh dalam diplomasi ekonomi.
Beban Bunga yang Meningkat: Semakin besar utang, semakin besar pula biaya bunga yang harus dibayarkan pemerintah AS.
Dampak Nilai Tukar: Perubahan kurs dolar dapat memengaruhi daya tarik surat utang di mata investor global.
Efek Domino Global: Gangguan di pasar obligasi AS bisa berimbas pada sistem keuangan internasional karena dolar masih menjadi pusat perdagangan dunia.
Skala utang AS yang begitu besar bukan hanya masalah domestik, melainkan juga berimbas ke perekonomian global. Banyak negara yang sangat bergantung pada stabilitas dolar dan obligasi AS untuk menjaga likuiditas cadangan mereka.
Beberapa dampak yang mungkin terjadi antara lain:
Kenaikan Suku Bunga Global: Jika permintaan terhadap obligasi AS menurun, suku bunga dapat naik dan menekan biaya pinjaman di banyak negara.
Arus Investasi Internasional: Perubahan dalam pasar hutang AS bisa memengaruhi arah modal global, termasuk di negara berkembang.
Stabilitas Dolar: Nilai dolar sangat dipengaruhi oleh kepercayaan terhadap surat hutang AS. Penurunan kepercayaan bisa memicu gejolak nilai tukar.
Kebijakan Ekonomi Global: Negara pemegang utama seperti Jepang dan China dapat menggunakan kepemilikannya sebagai alat tawar-menawar dalam hubungan dagang dan diplomasi.
Melihat kondisi terkini, tren peningkatan hutang AS kemungkinan akan terus berlanjut. Dengan proyeksi defisit fiskal dan kebutuhan pembiayaan infrastruktur serta program sosial, penerbitan obligasi baru hampir pasti akan meningkat.
Namun, beberapa langkah mitigasi bisa dipertimbangkan:
Diversifikasi sumber pendanaan untuk mengurangi ketergantungan pada investor asing.
Reformasi fiskal guna mengendalikan defisit anggaran.
Diplomasi ekonomi yang lebih kuat untuk menjaga kepercayaan negara pemegang obligasi.
Jika langkah-langkah ini dilakukan, Amerika Serikat dapat menjaga keseimbangan antara kebutuhan pendanaan dan risiko dari besarnya utang luar negeri.
Artikel tentang Utang AS ini ditulis ulang oleh : Rahma Azhari | Editor : Micheal Halim
Sumber Informasi : SindoNews.com