American Party SC – Tragedi Bourbon Street, seorang veteran Angkatan Darat AS, Shamsud-Din Jabbar, melakukan serangan teror dengan menabrakkan truk ke kerumunan di New Orleans pada malam Tahun Baru, menewaskan 14 orang dan melukai puluhan lainnya. FBI menyatakan Jabbar bertindak sendirian dan terinspirasi oleh kelompok militan ISIS. Dalam insiden tersebut, ia tewas dalam baku tembak dengan polisi.
Jabbar, pria berusia 42 tahun asal Texas, sebelumnya pernah bertugas di Afghanistan. Menurut FBI, ia telah menyatakan kesetiaan kepada ISIS melalui beberapa unggahan video di Facebook pada hari serangan. Dalam video tersebut, ia mengungkapkan rencana serangannya dan memberikan surat wasiat terakhirnya. Selain itu, ia juga memasang bendera ISIS pada truk sewaannya.
Baca Juga : Penyelidikan Penembakan dan Penabrakan Truk di New Orleans yang Menewaskan 15 Orang
Penyelidikan lebih lanjut mengungkap bahwa Jabbar baru-baru ini kembali ke ajaran Islam setelah meninggalkannya di usia muda. Ia juga membuat rekaman audio yang mengutuk musik, narkoba, dan alkohol, serta menyatakan pandangan radikal tentang kejahatan dalam masyarakat modern. Rekaman-rekaman tersebut diunggah di platform SoundCloud sekitar sebelas bulan sebelum serangan.
Saudara tirinya, Abdur Rahim Jabbar, mengungkapkan bahwa Shamsud-Din mengalami kesulitan pribadi, termasuk perceraian pada tahun 2022 dan perawatan ayah mereka yang mengalami stroke pada 2023. Meski demikian, keluarganya tidak menduga ia akan melakukan tindakan kekerasan. Abdur menggambarkan Shamsud-Din sebagai sosok yang cerdas, penyayang, dan humoris.
Pada pagi hari sebelum serangan, Jabbar diketahui meletakkan dua alat peledak rakitan di sekitar lokasi kejadian. Beruntung, kedua alat tersebut berhasil dijinakkan oleh pihak berwenang. Penyelidik FBI juga menyatakan bahwa Jabbar sempat merencanakan untuk menyakiti keluarga dan teman-temannya, namun membatalkan niat tersebut karena ingin fokus pada konflik antara kepercayaan dan kekafiran.
Serangan ini terjadi di Bourbon Street, kawasan terkenal di New Orleans yang ramai dengan perayaan malam Tahun Baru. Kejadian tersebut menimbulkan kepanikan massal dan mengubah perayaan menjadi tragedi. Insiden ini juga terjadi bersamaan dengan ledakan di luar Trump International Hotel di Las Vegas, meskipun FBI menyatakan belum menemukan hubungan antara kedua peristiwa tersebut.
Setelah serangan, pejabat penegak hukum di seluruh Amerika Serikat meningkatkan langkah-langkah keamanan untuk acara publik mendatang. Sugar Bowl, pertandingan sepak bola perguruan tinggi yang seharusnya digelar di New Orleans pada hari Rabu, ditunda hingga Kamis dengan pengamanan lebih ketat. Selain itu, kota New Orleans juga bersiap untuk perayaan Mardi Gras dan Super Bowl bulan depan dengan langkah-langkah keamanan yang lebih intensif.
Jabbar, yang pernah bekerja sebagai agen real estat dan karyawan Deloitte, tampaknya mengalami tekanan finansial sebelum melakukan serangan. Hal ini menambah daftar panjang faktor yang mungkin berkontribusi pada radikalisasinya. FBI terus menyelidiki jalur radikalisasi Jabbar untuk memahami bagaimana ia berubah menjadi seorang pendukung ISIS yang ekstrem.
Ahli keamanan menyoroti ancaman yang terus dihadirkan oleh propaganda daring kelompok militan seperti ISIS. Meskipun telah melemah akibat kampanye militer internasional, kelompok ini masih mampu merekrut simpatisan melalui media sosial dan platform daring lainnya. Kejadian ini menjadi pengingat bahwa ancaman terorisme tetap ada meskipun kelompok-kelompok tersebut tidak lagi memiliki kekuatan fisik yang signifikan.
Keluarga Jabbar juga mencoba mencari jawaban atas perubahan yang terjadi padanya. Abdur Rahim Jabbar menyatakan kesedihannya, mengatakan bahwa tindakan ini sama sekali tidak mencerminkan kepribadian saudara tirinya. Ayah mereka, yang telah menderita stroke, sangat terpukul oleh berita tersebut dan tak percaya bahwa anak tertuanya mampu melakukan kejahatan seperti itu.
Tragedi ini telah meninggalkan luka mendalam bagi korban, keluarga, dan masyarakat luas. Bourbon Street telah dibuka kembali, namun kenangan akan insiden tersebut masih membayangi. Peristiwa ini mengingatkan kita akan pentingnya kewaspadaan terhadap ancaman ekstremisme, baik di dunia nyata maupun di ranah digital.
Simak Juga : Seberapa Penting Dongeng untuk Perkembangan Anak? Pakar Ungkap Faktanya