American Party SC – Penyelidikan penembakan di New Orleans pada Kamis masih mencari motif di balik tindakan seorang veteran Angkatan Darat AS. Yang mengibarkan bendera ISIS dari truknya dan menabrakkan kendaraan tersebut ke kerumunan orang saat perayaan Tahun Baru. Insiden ini menyebabkan 15 orang tewas dan 30 lainnya luka-luka. Pelaku, Shamsud-Din Jabbar, 42 tahun, tewas dalam baku tembak dengan polisi tak lama setelah kejadian.
Jabbar, seorang warga negara AS dari Texas, diketahui pernah bertugas di Afghanistan dan memiliki sejarah dinas militer dari 2007 hingga 2020. Penyelidikan penembakan saat ini berfokus pada apakah pelaku mendapat bantuan dalam merencanakan serangan tersebut, mengingat kota New Orleans akan menjadi tuan rumah Super Bowl NFL bulan depan. FBI juga sedang mencari kemungkinan kaitan antara serangan ini dan sebuah insiden terpisah pada Rabu sebelumnya, di mana sebuah Tesla Cybertruck meledak di luar Trump International Hotel di Las Vegas.
Baca Juga : Tragedi Tahun Baru: Serangan Truk di New Orleans yang Menewaskan 10 Orang
Serangan yang terjadi tiga jam setelah pergantian tahun di kawasan French Quarter yang bersejarah itu melibatkan penabrakan dan penembakan. Dua petugas polisi termasuk di antara korban yang terluka akibat tembakan pelaku. Para korban lainnya termasuk seorang ibu dari anak kecil, seorang karyawan keuangan asal New York, seorang atlet pelajar berprestasi, dan seorang calon perawat berusia 18 tahun dari Mississippi.
Saksi mata menggambarkan suasana yang sangat mengerikan. Kimberly Strickland, seorang pengunjung dari Mobile, Alabama, mengatakan ia mendengar suara deru mesin, benturan keras, dan orang-orang berteriak. Ia juga menyebutkan adanya puing-puing dan logam yang berantakan di mana-mana, menciptakan suasana panik di lokasi kejadian.
Setelah serangan ini, pihak berwenang langsung menyelidiki kemungkinan keterlibatan pihak lain. Mereka menemukan senjata dan alat peledak potensial di kendaraan Jabbar serta dua alat peledak lainnya di sekitar French Quarter. Semua perangkat ini telah diamankan oleh tim FBI. Sebuah bendera ISIS yang diikat pada tongkat di truk pelaku memunculkan dugaan bahwa serangan ini mungkin memiliki hubungan dengan organisasi teroris tersebut. Namun, hingga kini belum ada bukti pasti yang mengonfirmasi kaitan itu.
Presiden AS Joe Biden menyebut serangan ini sebagai tindakan yang keji. Ia juga menyatakan bahwa belum ada bukti yang menghubungkan peristiwa di New Orleans dengan kebakaran Tesla Cybertruck di Las Vegas. Pihak FBI menambahkan bahwa investigasi untuk menemukan hubungan antara kedua insiden tersebut masih berlangsung.
Jabbar diketahui bekerja di bidang real estate di Houston setelah pensiun dari dinas militer. Dalam sebuah video promosi yang ia unggah beberapa tahun lalu, Jabbar menyebut dirinya lahir dan besar di Beaumont, Texas. Ia bertugas di Afghanistan selama satu tahun dari 2009 hingga 2010 dan mengakhiri karier militernya dengan pangkat sersan staf.
CNN melaporkan bahwa Jabbar pernah merekam video di mana ia berbicara tentang mimpi bergabung dengan ISIS dan bahkan menyebutkan keinginan untuk membunuh anggota keluarganya setelah bercerai. Meskipun ISIS sudah melemah secara fisik akibat kampanye militer, kelompok ini tetap aktif merekrut simpatisan secara daring, menurut para ahli.
Tradisi perayaan Tahun Baru di New Orleans pun terganggu akibat serangan ini. Salah satu acara besar, pertandingan sepak bola Sugar Bowl, harus ditunda selama hampir 24 jam untuk memberi waktu kepada pihak berwenang menyisir kawasan kota dan mencari kemungkinan ancaman lain. Acara ini akhirnya dijadwalkan ulang pada Kamis sore.
Kepala Polisi Anne Kirkpatrick menegaskan bahwa tindakan Jabbar tidak hanya merupakan aksi terorisme tetapi juga sebuah kejahatan serius. Pihaknya berkomitmen untuk terus menyelidiki kasus ini dan memastikan apakah ada pihak lain yang terlibat dalam perencanaan atau pelaksanaan serangan tersebut.
Simak Juga : LPDP Buka Beasiswa S3 ke Amerika Serikat