American Party SC – Tarif Trump menuai respons keras dari Tiongkok dan Uni Eropa yang langsung memberlakukan hambatan perdagangan baru terhadap produk-produk asal Amerika Serikat. Kebijakan tarif tinggi tersebut memicu ketegangan dalam hubungan dagang internasional, memperburuk perang dagang global, serta mengguncang pasar keuangan dunia dan meningkatkan risiko terjadinya resesi.
Pada hari Rabu, Tiongkok mengumumkan kenaikan tarif impor terhadap barang-barang AS dari 34% menjadi 84%. Kebijakan ini diberlakukan segera setelah tarif hukuman Trump sebesar 104% atas produk impor dari Tiongkok mulai berlaku. Ketegangan antara dua ekonomi terbesar di dunia ini belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda.
Uni Eropa juga menyatakan akan mengenakan tarif balasan sebesar 25% pada sejumlah produk impor dari Amerika. Tindakan ini merupakan tanggapan terhadap tarif AS sebesar 20% atas sebagian besar produk dari Eropa, termasuk bea masuk yang tinggi terhadap mobil dan baja. Blok Eropa yang terdiri dari 27 negara ini kini terlibat dalam ketegangan dagang yang lebih luas.
Selain itu, AS juga telah memberlakukan tarif terhadap puluhan negara lain, termasuk Jepang dan Madagaskar. Langkah tersebut menghapus sistem perdagangan global yang telah bertahan selama beberapa dekade. Menurut berbagai perkiraan, tarif rata-rata di AS kini telah melampaui 20%, padahal sebelumnya hanya sekitar 2,5% sebelum Trump menjabat.
Baca Juga : Proyek DOGE: Pengawasan Pekerja Federal AS dengan AI
Jamie Dimon, CEO JPMorgan Chase, memperingatkan bahwa tarif yang diterapkan Trump bisa memicu resesi dan menimbulkan gagal bayar dari para peminjam. Pasar global pun mulai menunjukkan dampaknya. Nilai saham-saham besar menurun tajam, menyebabkan hilangnya triliunan dolar dalam bentuk ekuitas selama sepekan terakhir.
Harga minyak jatuh ke titik terendah dalam empat tahun, sementara investor mulai menjual obligasi pemerintah AS dan dolar, yang biasanya menjadi aset aman. Jepang dan Kanada menyatakan niat mereka untuk bekerja sama dalam menjaga stabilitas sistem keuangan global, peran yang biasanya dimainkan oleh Amerika Serikat saat krisis terjadi.
Trump sendiri tetap optimis, bahkan menyampaikan melalui media sosial bahwa semuanya akan berjalan baik. Ia menegaskan tarif tersebut bersifat permanen, namun juga menyatakan keterbukaannya untuk bernegosiasi dengan negara mitra dagang. Meski demikian, para pejabat AS mengatakan mereka tidak akan memprioritaskan dialog dengan Tiongkok dalam waktu dekat.
Kementerian Keuangan Tiongkok mengecam kenaikan tarif tersebut sebagai tindakan yang melanggar prinsip-prinsip perdagangan global dan hak-hak sah negara mereka. Beijing juga menambahkan 18 perusahaan asal AS ke dalam daftar hitam, mayoritas berasal dari sektor pertahanan. Dengan tambahan ini, sekitar 60 perusahaan Amerika telah dikenai sanksi sejak kebijakan tarif Trump diberlakukan.
Di sisi lain, mata uang yuan menghadapi tekanan besar dan mencapai titik terendah baru di pasar luar negeri. Namun, sumber menyebutkan bahwa bank sentral Tiongkok telah meminta bank-bank milik negara untuk mengurangi pembelian dolar guna menjaga stabilitas nilai tukar.
Dampak dari perang dagang ini juga dirasakan oleh pelaku usaha kecil. Produsen pohon Natal dan hiasan hari raya asal Tiongkok yang menguasai 87% pasar AS melaporkan belum menerima pesanan dari importir Amerika.
Di dalam negeri, indeks saham AS membuka perdagangan dengan pergerakan beragam. Sejak pengumuman tarif pada awal April, indeks S&P 500 mengalami penurunan terbesar sejak pertama kali dibentuk pada 1950-an. Saham sektor farmasi juga terkena imbas setelah Trump mengumumkan rencana tarif tambahan atas impor produk farmasi.
Para ekonom memperkirakan tarif baru ini dapat meningkatkan biaya hidup keluarga rata-rata di AS hingga beberapa ribu dolar per tahun. Hal ini bisa menjadi tantangan politik bagi Trump yang tengah berkampanye untuk menurunkan biaya hidup masyarakat. Hasil survei Reuters/Ipsos menunjukkan bahwa tiga dari empat warga AS meyakini harga barang akan naik akibat kebijakan tarif tersebut.
Sementara itu, respons dari Partai Demokrat masih terbagi. Sebagian menganggap kebijakan tarif sebagai tindakan yang tidak produktif, sementara lainnya menilai pendekatan Trump terlalu agresif. Gubernur Michigan Gretchen Whitmer, yang dianggap sebagai kandidat potensial dalam pemilu mendatang, menyatakan bahwa tarif seharusnya digunakan secara selektif, bukan seperti palu yang menghantam secara luas.
Simak Juga : Dewi Perssik: Pesonanya dalam Balutan Hijab yang Tampil Anggun