American Party SC – Konflik Musk dengan Gedung Putih akibat Ultimatum kepada Pekerja Federal
Elon Musk memberikan ultimatum kepada para pekerja federal untuk melaporkan pencapaian mereka atau menghadapi pemecatan, yang langsung memicu ketegangan antara dirinya dan Gedung Putih.
Sebelum terjadi kekacauan ini, Gedung Putih merasa ada perbaikan dalam komunikasi antara staf senior dan Musk. Beberapa pejabat Gedung Putih sempat menyampaikan kekhawatiran mengenai metode yang digunakan oleh Musk melalui Departemen Efisiensi Pemerintah. Yang dikenal dengan inisial DOGE. Kepala Staf Susie Wiles berupaya untuk mengajak Musk lebih terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Agar tidak ada langkah mengejutkan yang diambil tanpa persetujuan tim Gedung Putih.
Setelah percakapan dengan Wiles, Musk mulai memberikan laporan harian mengenai kegiatan DOGE. Meski demikian, rencana koordinasi yang telah disepakati tampaknya gagal ketika Musk mengumumkan ultimatum tersebut melalui media sosial X miliknya. Ia mengumumkan bahwa para pekerja federal harus mencantumkan pencapaian mereka dalam waktu tertentu atau dianggap mengundurkan diri. Langkah ini jelas memicu reaksi keras, baik dari para pekerja maupun pejabat pemerintah, dan kembali mengejutkan Gedung Putih.
Baca Juga : Flu Burung: Amerika Serikat Alokasikan Dana 1 Miliar Dolar
Meskipun Gedung Putih menyatakan tidak terkejut dengan keputusan tersebut, pernyataan ini dipertanyakan oleh banyak pihak, termasuk sejumlah pejabat yang terlibat dalam diskusi internal. Mereka menyebutkan bahwa meskipun Trump mendukung Musk, tidak ada persetujuan resmi atau tanda tangan dari Trump dan Wiles pada email tersebut. Musk mengklaim bahwa ia mendapatkan izin dari Presiden Trump untuk mengirimkan email tersebut, yang dianggap sebagai instruksi bagi seluruh pekerja federal.
Di sisi lain, Trump tetap mendukung Musk baik secara publik maupun pribadi. Ketika ditanya mengenai keputusan tersebut, Trump menganggapnya sebagai tindakan sukarela. Namun, ia juga menyebutkan bahwa jika pekerja tidak menanggapi permintaan tersebut, mereka mungkin akan dipecat. Meski ada ketidaksetujuan dari beberapa pejabat, Trump memilih untuk tidak mengintervensi langkah Musk.
Musk sendiri, yang telah menjadi tokoh penting dalam transisi pemerintahan Trump. Memiliki pengaruh besar dalam pengambilan keputusan terkait pemotongan anggaran dan pengurangan jumlah pekerja di pemerintahan. Musk dan DOGE diketahui berperan dalam merombak struktur pemerintah dengan tujuan efisiensi. Meskipun proses dan langkah-langkah yang diambil masih penuh tanda tanya. Beberapa badan pemerintah bahkan meminta pekerja mereka untuk mengabaikan email ultimatum tersebut, mencerminkan ketegangan yang terus berkembang.
Rencana pemecatan massal yang dipicu oleh keputusan Musk semakin memperburuk situasi, dengan sekitar 100.000 pekerja yang telah menerima pesangon atau dipecat. Tak hanya itu, berbagai tuntutan hukum yang mencoba memblokir akses DOGE terhadap sistem pemerintah juga terus berkembang, dengan beberapa pihak menilai bahwa Musk melanggar konstitusi dengan menggunakan kekuasaan besar tanpa melalui proses yang sah.
Bagi sebagian anggota kabinet, keputusan untuk mengurangi jumlah pekerja di departemen mereka menimbulkan kekhawatiran. Mereka takut kehilangan terlalu banyak staf yang penting dan kehilangan kendali atas lembaga masing-masing. Walaupun ada tekanan dari berbagai pihak, banyak anggota Kongres dan pejabat pemerintah yang enggan mengambil tindakan tegas terhadap Musk selama Trump masih memberikan dukungannya. Sampai saat ini, Musk masih menikmati otonomi yang cukup besar dalam perannya sebagai penasihat khusus pemerintah, meskipun ketegangan ini semakin mencuat di Gedung Putih dan di kalangan pejabat federal.
Simak Juga : Reni Effendi Tampil Berhijab, Publik Soroti Penampilan Terbarunya