American Party SC – Sejumlah sumber mengungkapkan bahwa respons pemerintah Amerika Serikat terhadap wabah flu burung terganggu pada awal masa pemerintahan Donald Trump. Menurut 11 sumber yang diwawancarai oleh Reuters, kebingungan dan kekhawatiran muncul di kalangan pejabat federal, negara bagian, dokter hewan, dan ahli kesehatan ketika wabah flu burung semakin memburuk. Sejak Trump dilantik pada 20 Januari. Dua lembaga federal yang bertanggung jawab dalam memantau dan menangani epidemi ini dilaporkan menahan laporan mengenai flu burung. Serta membatalkan berbagai pengarahan kepada kongres serta pertemuan dengan pejabat kesehatan negara bagian.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dikabarkan menahan dua laporan mingguan yang penting. Yaitu laporan mengenai penularan flu burung dan laporan pengawasan. Selain itu, CDC juga membatalkan sejumlah pertemuan dengan pejabat negara yang membahas masalah ini. Kedua lembaga tersebut, yakni CDC dan Departemen Pertanian AS (USDA). Juga tidak mengadakan pengarahan kepada kongres selama tiga minggu, sementara USDA tidak merespons permintaan pejabat negara. Terkait informasi mengenai program perlindungan pasokan pangan nasional yang baru.
Kekhawatiran muncul karena informasi penting tentang flu burung, yang dapat mempengaruhi respons pemerintah terhadap wabah. Hal ini tidak disebarkan dengan cepat atau bahkan sama sekali tidak disebarluaskan. Keith Poulsen, Direktur Laboratorium Diagnostik Hewan Wisconsin, menyatakan bahwa ketidakjelasan dalam penyampaian pesan memperburuk situasi di saat yang sangat genting. Hal ini menjadi lebih rumit dengan keputusan Trump untuk menarik AS dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Yang memperlambat pembagian informasi internasional mengenai perkembangan flu burung di negara lain.
Baca Juga : NHTSA Selidiki Masalah Kamera pada 129.000 Kendaraan Honda
Walaupun CDC menyatakan bahwa risiko flu burung bagi masyarakat umum masih rendah, semakin banyak orang dan ternak yang terinfeksi. Serta peningkatan jumlah kasus pada manusia di AS menimbulkan kekhawatiran. Beberapa ilmuwan bahkan menyatakan bahwa virus ini berpotensi bermutasi menjadi lebih berbahaya, memungkinkan penularan antar manusia. Sejak April, flu burung telah menginfeksi hampir 70 orang di AS, dengan satu kematian yang tercatat. Wabah ini juga telah menyebabkan kematian sekitar 159 juta unggas. Termasuk ayam dan kalkun, yang berdampak pada lonjakan harga telur di AS dan mengancam tujuan Trump untuk menurunkan biaya hidup bagi rakyat Amerika.
Pada 5 Februari, USDA melaporkan bahwa sapi perah juga terinfeksi oleh jenis flu burung yang baru. Yang menambah kekhawatiran tentang penyebaran virus ini. Sebelum pelantikan Trump, respons terhadap wabah flu burung ini sudah berjalan dengan baik melalui komunikasi rutin antara pejabat federal dan negara bagian, serta kelompok industri yang terlibat. Namun, sejak transisi pemerintahan, beberapa laporan dan pertemuan penting terhambat.
Meski demikian, USDA menyatakan bahwa mereka terus melakukan komunikasi dengan lembaga federal lainnya dan pihak eksternal, termasuk negara bagian, meskipun terjadi jeda dalam beberapa waktu. Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan (HHS), yang mengawasi CDC, juga menyatakan bahwa komunikasi eksternal telah dilanjutkan setelah pembekuan sementara pada awal Februari. Namun, beberapa pertanyaan rinci terkait respons terhadap flu burung belum mendapat tanggapan dari pihak terkait.
Salah satu laporan penting yang tertunda adalah laporan mingguan CDC yang seharusnya dipublikasikan pada 23 Januari. Laporan ini meliputi temuan tentang infeksi flu burung pada kucing yang tidak memiliki akses ke luar ruangan. Serta pengawasan air limbah di Oregon yang dekat dengan peternakan unggas. Selama bertahun-tahun, laporan-laporan semacam ini telah menjadi sarana penting bagi CDC untuk menyampaikan informasi kepada pejabat kesehatan lokal agar dapat merespons dengan tepat.
Selain itu, AS juga tidak berpartisipasi dalam pertemuan internasional WHO yang membahas jenis-jenis influenza, termasuk H5N1, yang semakin memperburuk situasi. Salah satu negara bagian, Minnesota, bahkan mengalami kesulitan dalam mendapatkan informasi dari USDA terkait pengujian kalkun untuk melindungi pasokan makanan nasional. Pembekuan dana federal yang direncanakan juga menambah kebingungannya.
Kondisi ini tentu menambah kekhawatiran di tingkat negara bagian dan industri terkait, terutama bagi petani yang berperan dalam produksi pangan. Meskipun beberapa pertemuan penting akhirnya dilanjutkan pada awal Februari, dampak dari penundaan ini cukup signifikan dalam menghadapi wabah yang semakin meluas.
Simak Juga : Larangan Hijab: Mengapa Negara Asia Tengah Larang Hijab