American Party SC – Serangan militer Israel di Jalur Gaza telah menyebabkan sedikitnya 70 korban jiwa dalam satu hari terakhir, menurut laporan petugas medis Palestina pada Sabtu. Sementara itu, para mediator kembali mengupayakan gencatan senjata untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama 15 bulan. Serangan udara di Kota Gaza menghancurkan dua rumah, menewaskan 17 orang, termasuk beberapa anak, dalam insiden yang terjadi dini hari di rumah keluarga Al-Ghoula.
Ahmed Ayyan, seorang tetangga, menggambarkan ledakan besar yang membangunkan warga sekitar pukul 2 pagi. Ia menyebutkan bahwa penghuni rumah yang tewas sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, tanpa ada indikasi aktivitas militer di tempat tersebut. Warga berupaya menyelamatkan korban yang terjebak di bawah reruntuhan, sementara petugas medis mengonfirmasi beberapa anak turut menjadi korban jiwa. Reruntuhan rumah masih mengeluarkan asap berjam-jam setelah serangan.
Pihak militer Israel menyatakan bahwa target serangan tersebut terkait dengan aktivitas teroris dan memanfaatkan koridor bantuan kemanusiaan. Mereka juga menegaskan serangan dilakukan jauh dari truk bantuan, sehingga tidak memengaruhi distribusi bantuan. Namun, pada Sabtu pagi, proyektil yang ditembakkan dari Gaza dilaporkan merusak area Perlintasan Erez, termasuk kompleks truk kemanusiaan.
Serangan lain di Kota Gaza pada Sabtu sore menewaskan lima orang, dengan sepuluh lainnya dikhawatirkan masih terjebak di bawah reruntuhan. Selain itu, enam warga Palestina tewas di wilayah Jabalia dan dekat Deir Al-Balah akibat serangan udara Israel. Pejabat kesehatan Palestina melaporkan jumlah korban jiwa sejak Jumat telah mencapai 70 orang.
Konflik yang berlanjut ini mendorong berbagai pihak untuk mempercepat tercapainya gencatan senjata, terutama menjelang pelantikan Presiden AS terpilih pada 20 Januari mendatang. Para mediator dari Israel, Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat terlibat dalam pembicaraan di Doha. Pemerintahan Presiden Joe Biden turut mendesak Hamas untuk menyetujui kesepakatan secepatnya.
Hamas menyatakan komitmennya untuk mencapai kesepakatan, namun tidak ada kejelasan tentang seberapa dekat kedua belah pihak dengan perdamaian. Pada Sabtu, Hamas merilis video yang menampilkan sandera Israel bernama Liri Albag, yang meminta pemerintah Israel lebih aktif membebaskan sandera. Dalam video tersebut, Albag menyatakan nyawanya dan sandera lainnya dalam bahaya akibat aksi militer Israel di Gaza.
Keluarga Albag mengungkapkan kesedihan mereka atas video tersebut, menyebut tekanan psikologis yang dialami Albag sangat jelas terlihat. Mereka mendesak pemerintah Israel dan komunitas internasional untuk memprioritaskan pembebasan sandera. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan komitmen Israel untuk membawa pulang semua sandera dengan selamat. Ia juga memperingatkan bahwa pihak yang menyakiti para sandera akan menghadapi konsekuensi berat.
Serangan Israel di Gaza merupakan respons terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, ketika militan menyerang komunitas perbatasan Israel, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang. Israel melancarkan kampanye militer dengan tujuan menghancurkan Hamas, yang berdampak pada kehancuran sebagian besar wilayah Gaza dan memaksa banyak penduduk meninggalkan rumah mereka. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan lebih dari 45.700 warga Palestina telah tewas sejak dimulainya konflik.
Hingga saat ini, situasi di Jalur Gaza tetap kritis, dengan korban terus berjatuhan dan upaya gencatan senjata yang belum membuahkan hasil nyata. Kedua belah pihak menghadapi tekanan internasional untuk menghentikan kekerasan, sementara penduduk sipil terus menjadi korban utama dalam konflik yang berkepanjangan ini.
Simak Juga : Cara Menghafal yang Efektif Agar Dapat Mengingat Materi dengan Mudah