American Party SC – Ribuan warga Amerika Serikat turun ke jalan pada Sabtu, menggelar aksi unjuk rasa di Washington D.C. dan berbagai kota lainnya. Aksi ini dilakukan sebagai bentuk penolakan terhadap sejumlah kebijakan Presiden Donald Trump, terutama terkait deportasi, pemecatan massal pegawai pemerintah, serta konflik bersenjata yang melibatkan Gaza dan Ukraina.
Di sekitar Gedung Putih, para demonstran membawa berbagai spanduk yang mencerminkan tuntutan mereka. Beberapa di antaranya bertuliskan “Pekerja harus memiliki kekuasaan,” “Tidak ada kerajaan,” “Hentikan mempersenjatai Israel,” dan “Proses hukum.” Spanduk dan yel-yel ini menjadi simbol perlawanan atas kebijakan yang mereka anggap menindas dan tidak adil.
Aksi tersebut juga memperlihatkan solidaritas terhadap para migran yang terancam atau telah mengalami deportasi. Sejumlah demonstran menyuarakan keprihatinan terhadap pemecatan lebih dari 200.000 pegawai pemerintah federal sejak Trump kembali menjabat pada Januari. Mereka juga mengkritik ancaman pemerintah terhadap universitas yang memiliki program keberagaman, kesetaraan, dan inklusi.
Salah seorang peserta aksi di Lafayette Square, dekat Gedung Putih, menyampaikan bahwa komunitas mereka siap membentuk sistem pertahanan dan perlawanan untuk melindungi para tetangga yang menjadi target deportasi. Ia menekankan pentingnya solidaritas antarwarga dalam menghadapi kebijakan yang menurut mereka tidak manusiawi.
Baca Juga : Deportasi Warga Venezuela Ditangguhkan Sementara oleh Mahkamah Agung AS
Di tengah kerumunan, tampak pula sejumlah peserta membawa bendera Palestina dan mengenakan syal keffiyeh sebagai bentuk dukungan terhadap rakyat Palestina. Mereka meneriakkan slogan seperti “Bebaskan Palestina,” menentang keterlibatan Amerika Serikat dalam konflik yang terus berlangsung di Gaza. Banyak dari mereka menuding pemerintahan Trump telah memperburuk situasi kemanusiaan dengan terus mempersenjatai Israel.
Aksi serupa juga terjadi di New York City, Chicago, dan puluhan kota lainnya di seluruh negeri. Dalam salah satu demonstrasi bertajuk “Lindungi Migran, Lindungi Planet” di Kota New York pada 19 April 2025, para peserta menyuarakan aspirasi mereka untuk perlindungan lingkungan serta keadilan bagi para migran. Demonstrasi ini menjadi salah satu aksi besar sejak Trump kembali dilantik sebagai presiden.
Di sekitar Monumen Washington, para pengunjuk rasa memajang pesan moral melalui spanduk bertuliskan “Kebencian tidak pernah membuat bangsa mana pun hebat,” serta “Hak yang sama untuk semua tidak berarti hak yang lebih sedikit untuk Anda.” Pesan-pesan ini mencerminkan harapan mereka terhadap pemerintahan yang lebih adil dan inklusif bagi seluruh warga.
Tidak hanya isu dalam negeri yang disoroti. Sejumlah demonstran juga menampilkan dukungan terhadap Ukraina, menyerukan sikap yang lebih tegas dari pemerintah Amerika terhadap invasi Rusia. Mereka mengkritik kebijakan luar negeri Presiden Trump yang dinilai lemah dalam menanggapi agresi Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Kebijakan lain yang juga menuai kecaman adalah penahanan sejumlah mahasiswa asing serta rencana penghapusan pendanaan federal untuk universitas-universitas yang dianggap mendukung keberagaman dan iklim akademik yang inklusif. Organisasi-organisasi hak asasi manusia menyebut langkah ini sebagai bentuk pembungkaman terhadap kebebasan berekspresi dan pendidikan yang adil.
Demonstrasi pada Sabtu itu menjadi gelombang protes besar kedua sejak Trump mulai menjabat kembali. Massa aksi terdiri dari berbagai elemen masyarakat, termasuk aktivis, mahasiswa, pekerja, dan warga biasa yang merasa terdampak oleh kebijakan pemerintah. Mereka menyuarakan tuntutan untuk perubahan arah pemerintahan yang lebih berpihak pada keadilan sosial, kesetaraan, dan perdamaian global.
Simak Juga : Hijab Instan: Tampil Cantik dan Praktis untuk Segala Aktivitas