American Party SC – Departemen Keuangan Amerika Serikat baru-baru ini mengumumkan bahwa terjadi adanya peretasan sistem keamanan komputernya yang diduga disponsori oleh negara China. Insiden ini dianggap sebagai kejadian besar oleh departemen tersebut. Yang telah menginformasikan anggota parlemen terkait situasi tersebut. Dalam dokumen yang disampaikan kepada Reuters, dijelaskan bahwa peretas berhasil membobol penyedia layanan keamanan siber pihak ketiga. Yaitu BeyondTrust, dan mengakses dokumen-dokumen yang tidak dirahasiakan.
Melalui serangan ini, pelaku berhasil mendapatkan akses ke kunci yang digunakan oleh vendor untuk mengamankan layanan berbasis cloud. Layanan tersebut bertujuan untuk memberikan dukungan teknis jarak jauh kepada pengguna akhir di Kantor Departemen Keuangan. Dengan akses ke kunci yang berhasil dicuri, peretas dapat mengabaikan berbagai langkah keamanan yang ada dan dengan demikian dapat mengakses stasiun kerja pengguna tertentu dari jarak jauh. Ini juga memungkinkan mereka untuk mengakses dokumen-dokumen tidak rahasia yang berkaitan dengan pengguna tersebut.
Baca Juga : Jimmy Carter Meninggal Dunia pada Usia 100 Tahun
Menanggapi insiden ini, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, menyatakan bahwa China selalu menentang segala bentuk serangan siber. Pernyataan ini disampaikan dalam konferensi pers rutin dan merupakan upaya China untuk menanggapi tuduhan yang dilayangkan oleh AS. Selain itu, juru bicara Kedutaan Besar China di Washington juga menolak adanya keterlibatan negara mereka dalam peretasan tersebut. Mereka menekankan bahwa Beijing “dengan tegas menentang serangan fitnah yang dilakukan oleh AS terhadap Tiongkok tanpa ada bukti yang jelas.”
BeyondTrust, perusahaan yang terlibat dalam insiden ini, berlokasi di Johns Creek, Georgia. Juru bicara perusahaan tersebut mengonfirmasi bahwa mereka telah mengidentifikasi. Serta mengambil langkah-langkah untuk menangani insiden keamanan tersebut pada awal Desember 2024. Langkah ini melibatkan pemberitahuan kepada sejumlah kecil pelanggan yang terkena dampak serta memberi informasi kepada penegak hukum setempat. Dalam pernyataan yang dipublikasikan di situs web mereka. BeyondTrust menyampaikan bahwa kunci digital telah bocor dalam insiden tersebut dan penyelidikan masih berlangsung. Pemberitahuan terakhir terkait penyelidikan ini dikeluarkan pada tanggal 18 Desember.
Ketika berbicara tentang pola serangan yang dilakukan oleh kelompok Peretasan Sistem yang diduga terkait dengan Republik Rakyat Tiongkok, Tom Hegel, seorang peneliti ancaman di perusahaan keamanan siber SentinelOne, menjelaskan bahwa insiden ini sejalan dengan taktik umum yang telah teridentifikasi sebelumnya. Dia menambahkan bahwa ada fokus khusus pada penyalahgunaan layanan pihak ketiga yang dipercaya. Metode ini semakin menonjol dalam beberapa tahun terakhir dan menunjukkan adanya strategi yang lebih canggih dari kelompok peretas.
Peretasan yang terjadi ini menyoroti pentingnya keamanan siber, terutama dalam era digital saat ini di mana banyak organisasi bergantung pada layanan pihak ketiga untuk mendukung operasional mereka. Insiden ini bukan hanya menunjukkan kerentanan yang ada, tetapi juga menimbulkan pertanyaan tentang langkah-langkah yang harus diambil untuk mencegah kejadian serupa di masa depan. Diperlukan lebih banyak perhatian dan investasi dalam keamanan siber untuk melindungi data sensitif dan memastikan integritas sistem yang digunakan oleh lembaga pemerintah.
Dalam konteks hubungan internasional, peretasan ini juga menggambarkan ketegangan yang ada antara Amerika Serikat dan China, serta tantangan yang dihadapi oleh negara-negara dalam menjaga jaringan dan data mereka dari ancaman asing. Ketika negara-negara terus berinvestasi dalam teknologi dan infrastruktur digital, kolaborasi dan transparansi antara mereka mungkin menjadi lebih penting daripada sebelumnya, untuk membangun kepercayaan dan mencegah serangan siber yang merugikan.
Simak Juga : Menggali Tumbuh Kembang Anak: Peran Ria Ricis dalam Membentuk Karakter Moana