American Party SC – Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Pete Hegseth. Secara resmi mengembalikan nama pangkalan Angkatan Darat Fort Liberty menjadi Fort Bragg pada hari Senin. Keputusan ini membatalkan perubahan nama yang dilakukan pada tahun 2023 sebagai bagian dari upaya mengganti nama pangkalan yang sebelumnya dinamai tokoh Konfederasi. Pengumuman ini disampaikan melalui pernyataan resmi Departemen Pertahanan.
Fort Bragg, yang terletak di North Carolina, merupakan salah satu instalasi militer terbesar di dunia. Sebelumnya, nama pangkalan ini diubah menjadi Fort Liberty setelah gelombang protes keadilan rasial yang terjadi di seluruh Amerika Serikat. Perubahan nama tersebut merupakan bagian dari kebijakan yang bertujuan menghapus nama-nama perwira Konfederasi dari fasilitas militer. Kebijakan ini diambil setelah kematian George Floyd pada tahun 2020, yang memicu protes nasional terhadap ketidakadilan rasial dan kebrutalan polisi.
Saat menandatangani memo perubahan nama, Hegseth menegaskan bahwa keputusan ini mengembalikan identitas pangkalan sesuai dengan sejarahnya. Dalam video yang diunggah di situs web Departemen Pertahanan, ia menyatakan bahwa pengembalian nama ini merupakan langkah yang tepat. Keputusan tersebut juga sejalan dengan janji kampanye mantan Presiden Donald Trump, yang pada tahun lalu menyatakan keinginannya untuk mengembalikan nama Fort Bragg saat berkampanye di North Carolina.
Baca Juga : Tesla Bersiap Meluncurkan Layanan Robotaxi di Texas
Pada tahun 2021, Kongres meloloskan undang-undang yang melarang pemberian nama pangkalan militer berdasarkan tokoh yang pernah bertugas di Negara Konfederasi Amerika. Konfederasi merupakan aliansi negara bagian Selatan yang berperang melawan Amerika Serikat dalam Perang Saudara abad ke-19. Undang-undang ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk menghapus simbol-simbol Konfederasi dari lembaga-lembaga publik.
Fort Bragg didirikan pada tahun 1918 dan awalnya diberi nama Jenderal Braxton Bragg. Ia adalah seorang perwira Angkatan Darat Konfederasi yang terlibat dalam Perang Saudara. Pangkalan ini memiliki peran penting dalam operasi militer Amerika Serikat, termasuk sebagai pusat pelatihan bagi Pasukan Lintas Udara dan Operasi Khusus. Saat ini, pangkalan tersebut menjadi rumah bagi sekitar 57.000 tentara.
Untuk menghindari pelanggaran terhadap ketentuan Kongres yang melarang penggunaan nama tokoh Konfederasi, Hegseth secara resmi menyatakan bahwa nama pangkalan tersebut kini merujuk kepada Prajurit Kelas Satu Roland Bragg. Dalam memo resminya, ia menjelaskan bahwa Roland Bragg adalah seorang prajurit yang bertugas dengan baik selama Perang Dunia II. Dengan cara ini, nama Fort Bragg tetap dipertahankan tanpa melanggar kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Hegseth menegaskan bahwa keputusan ini bertujuan untuk menghormati semua prajurit Amerika Serikat yang telah berlatih dan bertugas di pangkalan tersebut. Ia juga menekankan bahwa langkah ini selaras dengan sejarah Fort Bragg sebagai instalasi militer yang memiliki tradisi panjang dalam mendukung kemenangan Amerika Serikat di berbagai konflik.
Keputusan untuk mengembalikan nama Fort Bragg menjadi bagian dari perdebatan yang lebih luas mengenai simbol-simbol sejarah dan identitas nasional di Amerika Serikat. Bagi sebagian pihak, penghapusan nama-nama Konfederasi dari pangkalan militer dianggap sebagai langkah maju menuju keadilan sosial. Namun, bagi yang lain, perubahan tersebut dipandang sebagai penghapusan sejarah yang telah lama melekat dalam institusi militer Amerika Serikat.
Dengan pengembalian nama ini, Fort Bragg kembali mempertahankan warisan sejarahnya. Namun, diskusi mengenai penamaan pangkalan militer dan simbol-simbol sejarah kemungkinan masih akan berlanjut di masa mendatang. Seiring dengan perubahan kebijakan dan dinamika politik, pemerintah Amerika Serikat terus mencari keseimbangan antara menghormati sejarah dan menyesuaikan diri dengan nilai-nilai yang berkembang di masyarakat modern.
Simak Juga : Peran dan Aktivitas Perempuan dalam Islam