American Party SC – Elon Musk mengumumkan bahwa Tesla akan meluncurkan layanan taksi otonom berbayar di Austin, Texas, pada bulan Juni. Keputusan ini menarik perhatian karena Texas memiliki regulasi yang lebih longgar dibandingkan negara bagian lain, menimbulkan pertanyaan mengenai risiko keselamatan dan hukum yang mungkin dihadapi Tesla saat menguji teknologi kendaraan tanpa pengemudi di jalan umum.
Selama ini, Tesla kerap menyalahkan pengemudi atas kecelakaan yang melibatkan sistem bantuan Autopilot dan Full Self-Driving (FSD). Perusahaan menegaskan bahwa pengguna harus tetap siap mengambil alih kendali kapan saja. Namun, dengan rencana penggunaan robotaxi tanpa pengemudi, para ahli hukum berpendapat bahwa tanggung jawab sepenuhnya akan berada di tangan Tesla.
Musk telah berulang kali menjanjikan kendaraan Tesla yang dapat mengemudi sendiri selama lebih dari satu dekade, tetapi hingga kini belum ada bukti nyata yang mendukung klaim tersebut. Dalam beberapa bulan terakhir, janji mengenai kendaraan otonom semakin sering diutarakan, bahkan dengan jadwal yang lebih cepat. Hal ini menunjukkan pergeseran fokus Tesla dari penjualan kendaraan listrik untuk pasar massal ke teknologi kendaraan tanpa pengemudi.
Meski demikian, para investor masih bertanya-tanya mengenai kepastian jadwal dan model bisnis layanan ini. Hingga saat ini, Tesla dan Elon Musk belum memberikan tanggapan resmi terhadap pertanyaan terkait rencana peluncuran tersebut.
Di Texas, tidak ada regulasi yang melarang Tesla untuk meluncurkan layanan robotaxi. Negara bagian ini memiliki kebijakan yang mendukung pertumbuhan industri dengan regulasi minimal. Undang-undang mengizinkan kendaraan otonom beroperasi di jalan umum asalkan sudah terdaftar, diasuransikan, dan memiliki teknologi pencatatan data kecelakaan. Tidak ada izin khusus yang diperlukan dari negara bagian, dan pemerintah kota juga dilarang menerapkan peraturan mereka sendiri terkait kendaraan otonom.
Senator Negara Bagian Kelly Hancock, yang berperan dalam perancangan undang-undang kendaraan otonom Texas pada 2017, menyatakan bahwa tujuan utama adalah menghindari hambatan regulasi yang bisa menghambat inovasi industri. Hancock menekankan bahwa terlalu banyak aturan dapat menghambat perkembangan industri kendaraan tanpa pengemudi.
Tesla memindahkan kantor pusatnya ke Austin pada akhir 2021 dari California, yang memiliki regulasi lebih ketat dalam menguji dan mengoperasikan kendaraan otonom. Sebelumnya, dua perusahaan lain, Cruise milik General Motors dan Waymo dari Alphabet, telah mendapatkan izin di California setelah menempuh proses pengujian yang panjang. Namun, hingga kini Tesla belum mengajukan izin yang diperlukan untuk mengoperasikan kendaraan tanpa pengemudi di negara bagian tersebut.
Baca Juga : Bantuan Kesehatan Global USAID Harus Segera Dilanjutkan
Pada panggilan pendapatan tanggal 29 Januari, Musk menyatakan harapannya untuk meluncurkan versi FSD “tanpa pengawasan” di California tahun ini. Namun, regulator setempat mengonfirmasi bahwa Tesla belum mengajukan izin yang diperlukan untuk layanan tersebut. Selain itu, catatan menunjukkan bahwa sejak 2016, Tesla hanya mencatat 562 mil pengujian kendaraan otonom di negara bagian itu. Jauh lebih sedikit dibandingkan perusahaan lain yang telah menempuh jutaan mil pengujian.
Pengumuman Musk mengenai layanan robotaxi ini bertepatan dengan laporan keuangan Tesla yang mengecewakan. Pendapatan perusahaan tidak mencapai ekspektasi analis, dan Tesla juga mengalami penurunan penjualan untuk pertama kalinya pada tahun 2024. Namun, saham Tesla naik 3% keesokan harinya setelah pengumuman tersebut.
Beberapa ahli hukum meragukan bahwa Tesla akan meluncurkan kendaraan otonom dalam skala besar. Bryant Walker Smith, profesor hukum dari University of South Carolina, menilai Tesla kemungkinan hanya akan melakukan uji coba dalam skala kecil, seperti di wilayah terbatas di Austin saat cuaca cerah atau dengan pengawasan manusia dari jarak jauh untuk menghindari kecelakaan.
Di Austin, peningkatan jumlah kendaraan otonom telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan warga dan pemerintah kota. Dalam dua tahun terakhir, terjadi berbagai insiden nyaris celaka yang melibatkan robotaxi dengan pejalan kaki, pesepeda, dan kendaraan lain. Pada tahun 2023, lebih dari 20 robotaxi Cruise sempat menyebabkan kemacetan di dekat kampus Universitas Texas karena kesulitan bermanuver.
Pihak kepolisian menghadapi kendala karena kendaraan otonom tidak merespons isyarat tangan petugas lalu lintas. Selain itu, kota Austin tidak memiliki wewenang untuk memberikan tilang terhadap kendaraan tanpa pengemudi. Baru-baru ini, kota mulai mencari cara untuk mengajukan pelanggaran ke pengadilan kota ketika petugas melihat pelanggaran lalu lintas.
Tesla telah berkomunikasi dengan pejabat Austin sejak Mei lalu dan memperoleh informasi terkait prosedur kepolisian, pemadam kebakaran, serta regulasi lalu lintas setempat. Meski demikian, beberapa pejabat kota merasa frustrasi karena mereka tidak memiliki kekuatan untuk mengatur perusahaan swasta yang menggunakan jalan umum sebagai area uji coba teknologi mereka.
Anggota Dewan Kota Austin, Zo Qadri, menyatakan bahwa kebijakan yang ada membuat mereka tidak memiliki kendali atas kendaraan otonom yang beroperasi di jalanan kota. Hal ini menimbulkan kekhawatiran mengenai keselamatan dan dampak bagi masyarakat. Sementara Tesla bersiap untuk meluncurkan layanan robotaxi, masih ada banyak pertanyaan mengenai bagaimana teknologi ini akan diterapkan secara aman dan bertanggung jawab.
Simak Juga : Melepas Hijab Demi Pekerjaan, Apakah Boleh?