American Party SC – Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, menunjuk Devin Nunes. Seorang loyalis dan CEO Truth Social, untuk menjabat sebagai Ketua Dewan Penasihat Intelijen Gedung Putih. Pengangkatan ini diumumkan pada Minggu (15/12/2024), seperti dilaporkan oleh AFP. Nunes, yang sebelumnya adalah anggota Kongres AS dari Partai Republik mewakili wilayah California. Memiliki rekam jejak panjang dalam dunia politik, termasuk memimpin Komite Intelijen DPR AS selama masa jabatan pertama Trump sebagai presiden.
Dalam pernyataan yang diunggah melalui akun media sosialnya. Trump menyampaikan bahwa Nunes akan tetap menjalankan tugasnya sebagai kepala eksekutif Truth Social sambil memimpin panel penasihat tersebut. Trump menjelaskan bahwa pengalaman Nunes sebagai mantan Ketua Komite Intelijen DPR, khususnya dalam mengungkap apa yang ia sebut sebagai “hoax Rusia.” Akan menjadi aset penting dalam memberikan penilaian independen terkait efektivitas dan relevansi aktivitas Komunitas Intelijen AS.
Baca Juga : Jaksa Agung Texas Gugat Dokter New York atas Pemberian Pil Aborsi melalui Telemedicine
Pada tahun 2018, Nunes menjadi sorotan ketika menjabat sebagai ketua Komite Intelijen DPR. Ia menulis sebuah memo kontroversial yang menuduh Biro Investigasi Federal (FBI) telah menyalahgunakan wewenangnya. Serta berkonspirasi melawan Trump dalam penyelidikan campur tangan Rusia pada Pemilihan Presiden AS tahun 2016. Memo tersebut menimbulkan perdebatan luas, terutama mengenai transparansi dan integritas FBI dalam menyelidiki pengaruh asing.
Selain itu, Trump menjelaskan peran penting Dewan Penasihat Intelijen Presiden (PIAB), lembaga yang dibentuk pada pertengahan abad ke-20. Menurut Trump, dewan ini bertugas memberikan saran independen kepada presiden mengenai efektivitas data yang dikumpulkan oleh komunitas intelijen serta metode perolehannya. Dewan tersebut, kata Trump, terdiri dari “warga negara terhormat dari luar Pemerintah Federal” yang membawa perspektif independen dalam menilai kinerja badan-badan intelijen negara.
Tak hanya Nunes, Trump juga menunjuk loyalis lainnya, Richard Grenell, untuk mengemban tugas sebagai utusan presiden untuk misi khusus. Trump memuji Grenell sebagai sosok yang kompeten untuk menangani berbagai isu penting di panggung internasional. Dalam pernyataannya, Trump menyebutkan bahwa Grenell akan bekerja di beberapa wilayah konflik global, seperti Venezuela dan Korea Utara.
Grenell memiliki pengalaman sebagai Duta Besar AS untuk Jerman pada masa jabatan pertama Trump dan mencatat sejarah pada tahun 2020 dengan menjadi anggota kabinet AS pertama yang secara terbuka menyatakan dirinya sebagai bagian dari komunitas LGBT. Saat itu, Trump mengangkatnya sebagai penjabat direktur intelijen nasional, sebuah posisi strategis dalam pemerintahan.
Grenell juga sempat menjadi kandidat potensial untuk jabatan Menteri Luar Negeri pada periode kedua pemerintahan Trump. Namun, posisi tersebut akhirnya diberikan kepada Marco Rubio, yang sebelumnya menjabat sebagai senator. Kendati demikian, Trump menegaskan bahwa Grenell tetap menjadi bagian penting dari timnya, terutama dalam upaya diplomasi internasional.
Pengangkatan dua tokoh loyalis ini mencerminkan strategi Trump yang mengandalkan individu-individu yang telah terbukti mendukungnya secara konsisten. Keputusan ini juga menunjukkan pendekatan Trump yang fokus pada penguatan kontrol terhadap komunitas intelijen dan diplomasi internasional melalui figur-figur yang ia percayai.
Simak Juga : Surfing Jadi Ekstrakurikuler Resmi di Sumbawa Barat